20 : Kala itu

552 59 2
                                    

○○○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○○○

Sosok berdiri dibantu dengan pedang yang bertumpu di atas tanah, Pria itu membenarkan capingnya yang sedikit miring karena jatuh dari kudanya. Tarachandra terlihat begitu was-was dengan sosok yang ada di depannya ini, mata itu nampak familiar bagi Tarachandra.

"Lama tidak jumpa," sapa sosok itu dengan nada yang sinis.

"Aku tidak akan bertanya lagi." Tarachandra nampak geram, ia mengayunkan pedangnya ke arah sosok itu. Ujung pedang Tarachandra mengenai caping sosok itu, sosok itu dengan sigap segera menghindari serangan yang dilancarkan oleh Tarachandra.

"Kenapa kau begitu tak sabaran, Tarachandra." Suara itu nampak tak asing bagi Tarachandra, sosok itu kembali menyeringai dari balik kain penutup wajahnya. 

"Ini aku," ujar sosok itu sembari menanggalkan kain penutup wajahnya. Tarachandra diam membeku, pedang yang ia pegang pun jatuh ke atas tanah. Mendadak nafas Tarachandra tercekat, lidahnya pun menjadi kelu. Sosok itu berjalan menghampiri Tarachandra yang terdiam, pria itu memungut pedang Naga Kala milik Tarachandra.

"Jadi, kau sudah tahu semuanya sekarang?"

Tarachandra terdiam, ia masih berusaha memproses semua yang ia ketahui.

"Kau masih setia kepada adikku? Bahkan ketika di masamu, kau sangat mencintai adikku. Adikku yang malang, ia harus hidup terlunta-lunta karena ketidak becusanku."

Salakanagara,  340 M

Nawasena menyeret Nareswari menjauh dari Tarachandra dan rombongannya. Nawasena menyeret adiknya menuju sebuah gua yang berjarak tak jauh dari anak sungai dimana Tarachandra berada, Nareswari tak hentinya menangisi perpisahannya dengan Tarachandra.

Nawasena hanya berdecak kesal dengan adiknya yang begitu bodoh hanya karena cinta. Sejujurnya, Nawasena menyimpan dendam kepada Tarachandra, karena pria itu telah membuat hidupnya dan Nareswari menjadi kacau. Ia juga mendapat kutukan yang paling menyakitkan, ia harus menjalani hidup abadi dengan ingatan yang berbeda-beda di setiap menjelang usia 28 tahun.

Memorinya akan terus ter-reset tiap Nawasena  28 tahun sekali, ia akan terjebak dalam ilusi yang dibuat oleh Batara Kala. Memori palsu akan tercipta, memori ketika ia anak-anak, remaja hingga dewasa. Semuanya akan berputar-putar bagaikan lingkaran yang tak berujung. Batara Kala menghukum mereka karena salah satu dari mereka telah membunuh sesama makhluk bawahan Kala.

Nawasena membuat sebuah pertahanan gaib di pintu gua, sehingga tak ada sembarangan orang bisa masuk ke dalam sana. Nawasena melihat seluruh kulit Nareswari yang mulai mengelupas, ia menarik Nareswari ke dalam dekapannya. Di dekapnya Nareswari dengan begitu erat, sesekali ia membelai lembut rambut Nareswari yang terurai panjang.

"Maafkan aku, ini sudah menjadi takdir kita. Meskipun kita memulai kehidupan baru terus-menerus, kita takkan pernah terpisahkan. Aku akan selalu menjaga dan melindungimu, kita akan terus bersama," tutur Nawasena dengan lembut. Perlahan kulit mereka mengelupas, diiringi dengan keluarnya cahaya kemerahan dari tubuh mereka. 

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang