21 : Kala itu (2)

533 49 3
                                    

○○○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○○○

Upasama terkejut melihat Nareswari tengah menarik lengannya. Nampak raut wajah Nareswari yang begitu ketakutan, tubuhnya bergetar, matanya begitu sendu.

"Rama?" ulang Upasama memastikan, Nareswari membalas Upasama dengan anggukan singkat. Tanpa aba-aba Nareswari memeluk Jaka Upasama dengan begitu erat, sontak Upasama memelototkan kedua matanya karena terkejut.

Dalam pelukan Nareswari, Upasama mendapat penglihatan singkat. Ia akan memulai perannya sebagai Rama dari Nareswari dan Nawasena, mereka berperan menjadi sebuah keluarga dari kasta Waisya. Upasama juga melihat dalam kehidupan yang diatur ini, ia melihat bahwa ia adalah seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya.

"Rama....Aku bermimpi buruk," cicit Nareswari sembari melonggarkan pelukannya.

Upasama menatap lembut ke arah Nareswari, ia menyunggingkan senyum simpul sembari mengelus pucuk kepala wanita yang berusia 23 tahunan itu.

"Kamu bermimpi apa, Jaladri?" tanya Upasama dengan penuh perhatian.

Upasama sendiri merasa sangat lelah dengan takdir Nareswari, ia akan diharuskan hidup selamanya dengan menggunakan berbagai identitas atau nama. Dalam kehidupan ini, Upasama mendapat gambaran bahwa Nareswari memiliki nama Jaladri.

"Apakah Rama akan pergi berdagang keluar Purwanagara?" Sorot mata Nareswari yang sangat jarang dilihatnya, Nareswari yang biasanya terlihat bagaikan sosok Srikandi yang tangguh tak takut apapun, kini menjelma menjadi seperti sosok yang begitu penyayang.

Upasama berpikir, seluruh ingatan manusia selain emban setia yang telah ditunjuk oleh Batara Kala akan ikut termanipulasi. Di sini, hanya ada beberapa orang saja yang sadar akan posisi dan keadaan Nareswari dan Nawasena. Mereka adalah Jaka Upasama, Lara Kencana, Sasangka, Resi Sutarma dan Dewanagri.

"Upasama!" teriak seseorang dari kejauhan.

Teriakan itu membuat Upasama dan Nareswari menoleh ke sumber suara. Dari kejauhan, Upasama melihat sosok Sasangka dan Mpu Sutarma yang berjalan mendekat ke arahnya. Sasangka menyunggingkan senyum ramah terhadap Nareswari dan Upasama secara bergantian.

"Si-siapa?" Nareswari mengerutkan kedua dahinya seolah dirinya tak lagi mengenali Sasangka dan Mpu Sutarma. Melihat hal itu membuat Mpu Sutarma terkekeh kecil.

"Sepertinya, di kehidupan ini aku tak dianggap oleh Nareswari," celetuk Mpu Sutarma.

Mendengar hal itu, Upasama hanya bisa tersenyum canggung.

"Kalian sudah tiba, ya?" ujar Dyah Lara Kencana sembari membawa sebuah nampan berisi buah-buahan segar. Upasama mempersilahkan Sasangka dan Mpu Sutarma untuk duduk dan beristirahat di aula tamu.

"Jadi, siapkah kalian menjalani peran ini?" tanya Mpu Sutarma memecah keheningan.

"Tidak adil, kenapa aku harus menjadi seorang kepala emban di rumah ini?" gerutu Dyah Lara Kencana yang merasa tak adil akan perannya.

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang