18 : Meninggalkan

477 63 3
                                    

○○○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○○○

Tarachandra tanpa sadar menitihkan air mata kebahagiaan. Ia terharu melihat Karwita yang baru saja bangkit dari kematian, ia menatap lembut ke arah Gajendra yang mendekap erat istrinya itu. Lalu, atensinya beralih kepada Nareswari yang tengah memandanginya dengan tatapan sayu. Tarachandra menyeka air mata yang jatuh ke pipinya, ia berjalan terseok-seok ke arah Nareswari.

Didekapnya tubuh wanita itu dengan erat, Nareswari mematung sejenak. Ia mendengar lirih suara isakan Tarachandra, pria itu menumpahkan tangisnya di pundak kecil Nareswari.

Nareswari membalas pelukan Tarachandra, ia menepuk-nepuk punggung lebar pria itu dengan begitu lembut.

"Maafkan aku, Chandra." Nareswari merasa sangat bersalah dengan semua kejadian ini, andaikan saja ia tidak jatuh cinta pada sosok Tarachandra.

Setelah cukup meluapkan emosinya, Tarachandra melepas pelukan itu perlahan. Ia melihat ke arah Gajendra dan Karwita yang tengah berjalan ke arah mereka. Keduanya nampak sedih dengan apa yang terjadi, karena perjalanan ini bertujuan untuk mengakhiri kutukan Tarachandra ,namun semuanya berkakhir dengan kegagalan.

"Rama....," lirih Gajendra dengan nada rendah.

"Syukurlah kau selamat, Karwita." Tarachandra terlihat begitu bahagia mengetahui menantunya yang berhasil selamat tanpa meninggalkan bekas luka apapun.

"Apa tak ada cara lain untuk mendapatkan Tirta Amerta kembali?" Gajendr bertanya dengan penuh harap kepada Nareswari. Namun, terlihat dari gelagat Nareswari bahwa tak ada cara lain untuk mendapatkan Tirta Amerta.

"Maaf....maafkan aku, semua salahku." Nareswari menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian ini. Tak lama dari arah belakang mereka terdengar suara pekikan kuda yang lama kelamaan mendekat. Benar saja, terlihat sosok Nawasena yang begitu gagahnya datang bersama dengan Sasangka. Pria itu melompat dari kudanya, sorot matanya menyiratkan amarah yang begitu besar.

Nawasena menatap dengan nyalang ke arah Tarachandra, lalu ia menarik kencang lengan Nareswari. Wanita itu berteriak kesakitan, namun tak diindahkan oleh Nawasena yang terlihat kesetanan.

"Lepaskan dia, Nawasena!" seru Tarachandra yang tak tahan melihat Nareswari kesakitan.

"Bukan urusanmu! Pergi kalian dari sini! Kalau tidak aku akan menghabisi nyawa kalian dengan tanganku sendiri! Kalian yang membuat Tirta Amerta hancur! Kalian yang membuat kami akan dihukum oleh Batara Kala!" Nawasena benar-benar murka, matanya memerah seluruh kulitnya nampak akan mengelupas namun ia terlihat tengah menahan semua itu. Beberapa detik kemudian, hal itu disusul dengan Nareswari. Kulit kuning langsat wanita itu juga nampak mengelupas bagaikan seekor ular yang akan berganti kulit.

Semua yang ada di sana, termasuk Tarachandra nampak khawatir dengan keadaan Nawasena dan Nareswari.

"A-apa yang terjadi?" Karwita menatap dengan penuh keheranan ke arah Nareswari dan Nawasena secara bergantian. Namun, tanpa menjelaskan apapun Nawasena menarik lengan Nareswari dengan kencang.

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang