○○○○○
Nareswari yang tak mengetahui sosok yang tengah menunggunya di balik gerbang Bajang Ratu terus berjalan sembari menoleh ke sekitarnya. Begitu ia mendorong pintu kayu yang begitu tinggi, ia tersentak kaget karena sosok itu menyunggingkan senyum yang mengerikan.
Nareswari tercekat, mendadak seluruh tubuhnya terasa berat untuk digerakkan. Dengan sekuat tenaga, ia melepaskan ilusi sosok itu.
"Biarkan aku pergi," pinta Nareswari pada sosok itu.
"Tidak, ini sudah waktunya mengakhiri kehidupanmu yang abadi," balas sosok itu dengan nada sinis.
Perlahan Nareswari dapat menggerakan seluruu tubuhnya, ia berjalan melangkah keluar melewati Gapura Bajang Ratu.
"Ilusiku telah lama luntur dalam kehidupanmu, hal itu akan membuat tatanan yang dibuat Sang Hyang Widhi terancam rusak. Kau tidak ada menyesal telah menghancurkan Tirta Amerta yang telah ku percayakan padamu. Aku sungguh kecewa pada dirimu," seru sosok itu pada Nareswari.
"Kau juga telah melakukan ritual terlarang, kau membuat ramuan Triasih tanpa seizinku. Dosamu begitu besar, hingga hukuman hidup abadi tidak akan cocok selain kematian," imbuh sosok itu dengan suara yang menggema.
"Tidak, jangan sekarang! Kumohon padamu, jangan sekarang! Inilah saat yang ku tunggu selama ribuan tahun," rengek Nareswari sembari berlutut kepada sosok Kala di depannya. Sosok Kala di depannya hanya dapat tersenyum simpul.
"Aku telah lama membiarkanmu hidup tenang,namun karena ritual itulah yang membuatku tak ingin diam lagi. Karena keegoisanmu, kau harus menerima akibatnya." Sorot mata Kala terlihat begitu marah, kedua pupil matanya berubah warna menjadi merah darah, kedua taring muncul di setiap sudut bibirnya.
Tanpa aba-aba, Kala menusukkan keris berlapis cahaya merah itu kepada jantung Nareswari. Nareswari yang tak siap mendapat serangan dari Kala hanya bisa membulatkan kedua bola matanya. Nareswari hanya bisa pasrah sembari menitihkan air matanya ketika seluruh pandangannya mulai buram. Kakinya yang melemah tak lagi dapat menopang tubuhnya, daksa yang tak lagi bersukma itu pun ambruk ke tanah.
○○○○○
Lamajang, 1359
Tarachandra membeku ketika melihat sosok Kawindra di depannya. Pria itu menyunggingkan senyum remeh kepada Tarachandra.
"Jika bukan karenmu dan Wistara, aku tak akan mengingat kehidupan masa laluku dan fakta aku adalah makhluk abadi," tukas Kawindra pada Chandra.
Kawindra yang geram menghunuskan pedangnya ke arah Tarachandra yang masih diam mematung. Raut wajahnya yang dipenuhi dendam, kecewa dan emosi manjadi satu.
"Ingin sekali ku cabik seluruh tubuhmu dan kujadikan makanan harimau." Kawindra menatap Chandra dengan nyalang. Namun, dengan tiba-tiba Tarachandra malah memegang pedang Kawindra yang begitu tajam dengan tangan kosong. Tentu saja hal itu membuat tangan Tarachandra mengeluarkan darah segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
Fiction HistoriqueKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...