○○○○○○
Hampir tiga jam mereka berjalan menyusuri gelapnya di dalam hutan Hanapurna ini, beberapa kali sosok-sosok siluman ataupun sukma-sukma yang tersesat mencoba membisikkan sesuatu kepada Tarachandra, Gajendra dan Karwita. Namun, anehnya para makhluk itu tak ada yang berani berjalan mendekat, para makhluk itu hanya mengintip atau mengawasi rombongan Tarachandra dari kejauhan atau dari balik pepohonan yang besar.
Tarachandra menatap heran ke arah Nareswari, wanita itu nampak begitu berani dan santai. Bahkan, kuda yang ditunggangi Nareswari berada di urutan paling belakang. Melihat Tarachandra menoleh ke arahnya membuat Nareswari menyunggingkan senyum ke arah pria itu.
Tarachandra langsung memalingkan wajahnya, menutupi pipinya yang bersemu merah. Ia merasa bahwa Nareswari adalah benar-benar sosok Prabawati atau Maya di zaman dimana ia hidup. Tarachandra kembali memfokuskan dirinya pada jalanan yang semakin gelap, mereka berjalan hanya bermodalkan mata batin Nawasena.
Hingga ketika mereka tiba di penghujung hutan, Tarachandra melihat sosok wanita dengan ageman jawa kuno lengkap dengan ornamen emas yang menghiasi rambutnya. Melihat hal itu tentunya semakin membuat nyali Karwita ciut, ia memeluk erat pinggang Gajendra.
"Di-dia bukan manusia," cicitnya pada Gajendra. Gajendra menyetujui cicitan istrinya itu, namun ia melihat kuda Nareswari berjalan melewatinya dengan santai. Bahkan wanita itu terlihat tengah tersenyum pada sosok yang tengah menghadang mereka.
Sesampainya di depan sosok itu, Nareswari turun dari kudanya. Yang lebih mengejutkan lagi, sosok itu menyapa Nareswari dan Nawasena dengan hormat. Tarachandra tak mendengar apa yang disampaikan sosok itu pada kedua kakak beradik itu, yang pasti Tarachandra mendengar suara sosok itu sangatlah lembut dan memiliki aura yang kuat.
Selepas berbincang singkat, Nawasena dan Nareswari kembali ke kuda mereka masing-masing. Tarachandra menatap ke arah Nareswari seolah bertanya apa yang sedang terjadi, namun wanita itu hanya menjawab tatapan itu dengan senyuman singkat. Mereka melanjutkan perjalanan dan berhasil keluar dari hutan Hanapurna, tak jauh dari hutan itu mereka melihat beberapa bangunan yang terbuat dari anyaman bambu.
Mereka mendekat ke arah salah satu bangunan itu, lalu Nawasena turun dari kudanya dan mencoba mengetuk pintu kayu itu. Nampak seseorang pria tua membuka pintu itu, ia sedikit terkejut ketika melihat keberadaan Nawasena.
"Arya Sena?!" Pria tua itu memundurkan tubuhnya, ia begitu terkejut hingga tubuhnya sedikit limbung. Hal itu semakin membuat ratusan pertanyaan muncul dalam benak Tarachandra, Gajendra dan Karwita. Mereka bertiga merasa bahwa Nawasena ataupun Nareswari tengah menyembunyikan sesuatu.
"Resi Sutarma ," sapa Nawasena dengan senyumannya yang terkesan arogan. Pria tua yang ternyata dikenal sebagai Resi Sutarma itu melihat ke arah Nareswari, ia juga bergantian melihat ke arah rombongan lainnya.
"A-apa Arya akan pergi menuju Tirta itu?" tanya Jaka Upasama dengan sedikit tergugup. Nawasena mengangguk singkat, lalu Nawasenan menanyakan mengenai tempat untuk mereka beristirahat karena telah melewati perjalanan yang panjang tanpa beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
Historical FictionKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...