12 : Perjalanan menuju Tirta Amerta

493 71 12
                                    

Terkadang, bayangmu selalu muncul dalam benakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, bayangmu selalu muncul dalam benakku. Berkali-kali kucoba ikhlaskan kepergianmu, namun hasilnya akan tetap sama. Aku sangat merindukanmu,
(Tarachandra Utpala)

○○○○○

"Bukankah kalian mencariku ?" ucap Ular Naga itu dengan suara serak dan bergema.

Seolah membeku, seluruh tubuh Karwita tak dapat digerakkan. Dengan jelas Karwita melihat ada batu emerald menempel di kening Ular naga itu, selain itu di kepala ular naga itu terdapat mahkota kecil yang terbuat dari emas yang berkilauan.

"Si-siapa kau?" tanya Karwita dengan ketakutan.

'Wita! Karwita!'

Karwita terdiam setelah mendengar teriakan yang disinyalir berasal dari suara Gajendra. Teriakan itu terdengar begitu samar, Karwita kembali memfokuskan dirinya untum mendengar teriakan itu. Dan benar saja, teriakan itu semakin keras dan terasa begitu nyata. Karwita juga merasakan seluruh pandangannya menggelap, seakan ia menembus dunia lain.

"Karwita! Sadarlah!" Gajendra menepuk-nepuk kedua pipi Karwita, gadis itu perlahan membuka kedua matanya dan mendapati Gajendra, Tarachandra, Nareswari dan Dewi Lara Kencana yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"A-apa yang terjadi ?" tanya Karwita pada Gajendra, Gajendra memeluk istrinya dengan begitu posesif seakan tak ingin kehilangan.

"Kau tak sadarkan diri selama dua hari," ujar Tarachandra sembari mengulurkan gelas bambu yang berisikan air minum.

"Apa?!" Karwita benar-benar terkejut, yang ia ingat hanyalah setelah datang ke rumah Nareswari ia langsung beristirahat. Ia juga mencoba mengingat mimpi yang tadi ia alami, mimpi yang terasa amat sangat nyata.

"Kenapa  bisa ?" Karwita nampak kebingungan, begitu pula dengan Tarachandra dan Gajendra yang tak kalah bingung. Setelah beberapa saat, mereka membiarkan Karwita untuk beristirahat dan memulihkan kondisi tubuhnya yang masih terasa lemas.

Karwita terdiam menatap kosong ke arah jendela, ia masih berusaha untuk memproses segala kejadian janggal ini. Bahkan ia nampak curiga terhadap sosok Nareswari yang seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

Pintu kayu yang terbuat dari cendana itu perlahan dibuka oleh seseorang dari luar kamar, Karwita tersenyum melihat suaminya berjalan ke arahnya dengan membawa segelas bambu berisikan wedang jahe.

"Ini untuk menyegarkanmu," ujar Gajendra sembari memberikan wedang itu kepada istrinya.

"Terimakasih, Kangmas," balas Karwita dengan senyumannya yang begitu sumringah, Karwita meraih gelas bambu itu. Gajendra duduk di samping Karwita sembari mengelus lembut pucuk rambut istrinya itu.

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang