Jangan lupa vote dan comment 💜°°°°°°°°
Karwita merebahkan badannya yang terasa begitu lelah di sebuah dipan kayu yang ada di kamar tamu rumah Sasmita. Ia menatap langit-langit kamar itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan, melihat istrinya yang kelelahan Gajendra berinisiatif memijat kedua kaki Karwita. Karwita terjingkat kaget karena sentuhan tangan Gajendra .
"Aku akan memijat kakimu," ujar Gajendra.
"Ti-tidak perlu, kau beristirahatlah," jawab Karwita tergagap, ia mendudukkan badannya dan segera bangkit dari posisinya.
"Aku harus mandi," imbuh Karwita sembari berjalan keluar dari kamar. Gajendra hanya bisa mengulas senyum tipis melihat gelagat istrinya yang tersipu malu.
Disisi lain, Tarachandra masih berbincang serius dengan Sasmita di aula. Tarachandra memijit pangkal hidungnya sembari memejamkan kedua kelopak matanya, ia terlihat sedikit frustasi setelah mendengar cerita dari sahabat lamanya itu.
"Setelah pemberontakan itu, hampir seluruh padepokan di eksekusi mati. Mereka memberantas para pemberontak hingga ke akarnya, itulah alasanku pergi bersama dengan beberapa orang yang selamat ke sebuah goa besar yang berada di hutan. Setelah bersembunyi hampir lima tahun kami mendirikan kampung kecil ini," jelas Sasmita.
Tarachandra menghela nafas panjang, perlahan ia membuka kedua matanya dan menatap Sasmita dengan tatapan penuh penyesalan.
"Maafkan aku, Sasmita." Mendengar hal itu membuat Sasmita tertawa renyah, ia menepuk pundak Tarachandra pelan.
"Haha... Sudahlah, itu semua sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Sekarang kami semua sudah bahagia dan mendirikan kampung yang bernama Kaurip ini," balas Sasmita. Tak beberapa lama datanglah seorang pria bersama wanita yang tengah menggendong seorang balita, ia memberi hormat kepada Sasmita dan juga Tarachandra.
"Dia putraku, Aswin dan menantuku Utari." Tarachandra tersenyum ramah kepada keduanya.
"Senang sekali bertemu dengan anda secara langsung," sapa Aswin pada Tarachandra.
"Aku juga sangat senang bertemu dengan putra Sasmita yang begitu gagah dan tangguh ini," balas Tarachandra ramah.
Sasmita juga mengatakan bahwa Aswin telah lama menjadi seorang patih di kerajaan Lamajang, para petinggi kerajaan itu tak menyadari bahwa Aswin adalah putra dari seorang pemberontak. Mereka pun menghabiskan waktu dengan bercerita hingga hari semakin larut malam.
°°°°°°°°
Keesokan paginya mereka bangun dan bersiap untuk menuju kediaman mendiang Mpu Dorma di pesisir pantai selatan daerah Lamajang. Sasmita mengucap salam perpisahan kepada sahabatnya itu, meskipun rasanya sangat terasa berat karena baru saja semalam mereka bertemu kini mereka harus kembali berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
Historical FictionKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...