14 : Jawaban

507 74 16
                                    

○○○○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○○○○

Bocah itu berjalan mendekati Gajendra, Gajendra menatap garang ke arah bocah tersebut.

"Kau ingin pergi ke Tirta Amerta ?" tanya bocah itu, yang membuat mereka terkejut suara itu bukan seperti bocah pada umumnya melainkan suara yang terdengar seperti suara orang dewasa.

"Kau siapa?" tanya Gajendra dengan mencoba setenang mungkin.

"Aku? Aku putra Mpu Sutarma, namaku Sasangka," ucap bocah yang bernama Sasangka. Gajendra memicingkan salah satu alisnya, ia mencoba untuk bertanya alasan suara tabrakan di pintu kamarnya pada Sasangka.

"Itu adalah ulah makhluk yang mencoba untuk mengganggu istrimu, karena energi istrimu begitu menarik bagi mereka," jawab Sasangka sembari melihat ke arah Karwita yaang masih bersembunyi di balik punggung Gajendra.

"Aku mengusir  mereka agar tak mendekat lagi ke area kediaman ini, karena memang hampir dua puluh tahun kediaman ini dibiarkan kosong begitu saja," imbuh Sasangka. Gajendra sedikit terhenyak setelah mendengar penjelasan Sasangka, ia berpikir bahwa Nareswari sebaya dengan istrinya.

"Du-dua puluh tahun? Berarti saat itu Nareswari berusia tiga tahunan? Ta-tapi bukankah tadi Nareswari berkata bahwa ia menghabiskan masa kecilnya disini?" Gajendra nampak frustasi memikirkannya. Sasangka melipat tangan di dada, sembari menatap ke arah Gajendra yang tengah berpikir keras.

"Demi Sang Hyang Widhi... Kau berangkat bersama Dewi Nareswari tapi tidak mengetahui apapun tentangnya? Hebat!" ejek Sasangka.

"Lalu? Si-siapakah dia sebenarnya?" cicit Karwita dari balik punggung Gajendra. Sasangka menoleh ke kanan kirinya dan memastikan keadaan aman.

"Mendekatlah, aku akan menceritakan semuanya," ujar Sasangka pada Gajendra dan Karwita, dengan penuh rasa penasaran sekaligus sedikit was-was mereka mendekat ke arah Sasangka.

"Sejujurnya, Dewi Nareswari dan Arya Sena bukanlah orang sembarangan. Kalian orang awam pasti mengenalnya sebagai putra putri dari seorang Patih Dewanagri dan seorang ibu bernama Dewi Lara Kencana bukan?" 

Keduanya mengangguk secara bersamaan mendengar ucapan dari Sasangka. Lalu, Sasangka kembali menceritakan hal mengejutkan mengenai dua bersaudara itu.

"Itu bukanlah kebenarannya, melainkan hanya kamuflase yang mereka lakukan," ujar Sasangka dengan lirih.

"Kamuflase?" Gajendra mengernyit kebingungan.

Sasangka mengangguk singkat dan melanjutkan ucapannya "Benar, sejujurnya Patih Dewanagri dan Dewi Lara Kencana merupakan keturunan dari para dayang kakak beradik itu. Orangtua asli mereka sebenarnya telah lama meninggal ketika berada di Swarnadipa, lalu para emban mereka membawa mereka menyebrangi samudra dan tibalah di Jawadwipa. Semasa mereka kecil, mereka berdiam di kediaman ini diasuh oleh Mpu Jayaka yang merupakan kakekku."

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang