15 : Pergi

484 63 9
                                    

○○○○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○○○○

"Apa maksudmu?!" teriak Gajendra dari arah belakang Nareswari, disusul dengan Karwita yang juga perlahan mendekat.

Nareswari terdiam disaat melihat Nawasena juga berjalan dengan raut wajah penuh amarah kepadanya. Pria itu berjalan cepat ke arah Nareswari lalu---- PLAK

Tangan Nawasena mendarat di pipi mulus Nareswari, hal itu membuat semua orang nampak sangat terkejut. Nareswari memegangi pipi kanannya yang memerah akibat tamparan keras dari Rakanya itu.

"Gadis bodoh!" teriak Nawasena. Pria itu kemudian menarik adiknya pergi meninggalkan Tarachandra dan keluarganya yang masih terkejut dengan semua yang telah terjadi.

Nawasena menyeret adiknya dan membawanya menuju sebuah ruangan yang ada di sudut belakang rumah ini, disana juga terdapat Sasangka dan Mpu Sutarma. Dengan kencang Nawasena menutup pintu ruangan itu, ia juga melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar sehingga membuat Nareswari terjerembab jatuh ke tanah.

"Kau ingin mati hah?! Apa kau bodoh?!" Teriakan Nawasena memenuhi ruangan itu.

"Sudah, Arya," pinta Mpu Sutarma dengan lembut. Sedangkan, Sasangka hanya bisa menundukkan wajahnya karena merasa bersalah kepada Nareswari.

"Sepertinya dia sudah bosan hidup! Dia juga sangat bodoh, aku mengikuti permainan yang kau ciptakan. Karena memang tugas kita sebagai danyang menguji orang-orang yang akan mencari keberadaan Tirta Amerta, tapi aku tak habis pikir kau akan jatuh cinta pada manusia itu! Dimana otakmu!" Nawasena terlihat sangat marah, ia bahkan mengucap kata-kata kasar pada adiknya yang kini tengah menangis sesenggukan.

Terdengar suara guntur dan kilat saling beesahutan dari luar ruangan. Mendadak hujan badai mengguyur seluruh area pemukiman yang ada di Kubanggiri, suasana menjadi sangat mencekam.

"Lihatlah! Batara Kala akan murka pada kita karena ucapanmu yang sembrono!" pekik Nawasena.

Disisi lain, Tarachandra dan keluarganya berada di dalam satu kamar yang sama. Mereka nampak memasang raut wajah yanh begitu campur aduk, Gajendra menggenggam erat jemari Karwita.

"Rama, bagaimana jika Nareswari tak memberikan kita izin untuk ke Tirta Amerta karena egonya itu?" tanya Gajendra dengan penuh ke khawatiran. Perasaan Tarachandra menjadi begitu kalut, ia sangat sedih dan begitu bimbang setelah mendengar pernyataan yang begitu mengejutkam dari Nareswari.

"Aku percaya padanya," jawab Tarachandra singkat. Sontak jawaban itu mendapat tatapan heran dari Gajendra, "Apa maksudnya? Apa Rama juga menyukai dia dan percaya padanya hanya karena dia mirip dengan biyung?"

KALA II : Another World [Salakanagara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang