○○○○○
Tarachandra memakan tanpa ragu bunga kantil kering itu, ia menatap kepada Sasangka.
"Terimakasih," ucap Tarachandra sembari menyunggingkan senyum. Kemudian, pria itu berjalan menuju bibir pantai diikuti oleh Gajendra dan Karwita. Sebelum benar-benar masuk ke dalam air, Tarachandra mengikat erat pedang Naga Kala pemberian Nareswari di punggungnya.
Mereka bertiga bergandengan tangan sambil berjalan perlahan ke tengah laut. Ombak yang tadinya tenang berubah menjadi gulungan ombak yang begitu besar, ketiganya saling memegang dengan erat. Ombak besar itu menerjang mereka, pandangan menjadi memburam. Namun, mereka masih berpegangan satu sama lain. Tarachandra membuka kedua matanya, ia melepaskan pegangan dari Gajendra dan Karwita. Tarachandra mengisyaratkan kepada Karwita untuk menggenggam erat lengan Gajendra.
Mereka berenang semakin dalam, hingga berhasil melihat sosok wanita yang menyelamatkan Karwita ketika hampir tenggelam. Sosok itu begitu cantik, ia mengenakan jarik panjang berwarna kebiruan lengkap dengan perhiasan emas dan selendang hijau di pinggangnya. Tarachandra berenang ke arah cahaya yang muncul di samping wanita itu.
Setelah berhasil menembus cahaya itu, mereka kembali berenang menuju ke permukaan. Tarachandra menarik nafasnya ketika sampai di permukaan, ia berenang ke bibir pantai diikuti oleh Gajendra dan Karwita. Mereka bertiga duduk di bibir pantai sembari menghela nafas panjang.
"Akhirnya kita pulang," celetuk Karwita yang memandang ke gubuk reot milik Mpu Yuwana. Gajendra menggenggam erat jemari istrinya sembari berjalan menuju ke arah gubuk itu. Tarachandra masih diam termenung, seolah nyawanya telah tertinggal di Salakanagara. Menyadari ayahnya yang masih diam tak bergeming, membuat Gajendra mengernyitkan kedua alisnya.
Gajendra meneriaki Tarachandra dengan begitu keras, namun teriakan itu tak digubris oleh ayahnya. Gajendra menyuruh Karwita berjalan terlebih dahulu, sedangkan ia akan menghampiri Tarachandra.
Gajendra berjalan cepat menuju arah Tarachandra. Mendengar langkah kaki yang berjalan cepat, membuat Tarachandra menoleh. Gajendra terhenti ketika melihat tatapan ayahnya yang begitu pilu, tatapan itu menyiratkan perasaan sakit, kecewa, rindu yang menjadi satu. Gajendra sendiri merasa sangat amat bersalah dengan semua ini.
"Rama....," lirih Gajendra sembari berlutut di depan Tarachandra. Terdengar kekehan pelah yang berasal dari Tarachandra, mendengar hal itu membuat Gajendra mendongakkan wajahnya. Ia melihat senyum lembut diiringi dengan air mata yang keluar dari kelopak mata Tarachandra, pria itu membelai lembut kepala Gajendra.
"Jangan salahkan dirimu, ini semua sudah menjadi bagian takdirku. Kalian semua sudah berusaha keras melindungiku, aku menyayangi kalian." Ucapan itu membuat Gajendra bangkit dari posisinya lalu memeluk erat tubuh Tarachandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
Historical FictionKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...