"Nduk, udah ada kabar baik belum?"
Pertanyaan itu kembali menabuh gendang telinga Pijar dan mencetuskan sensasi merinding di kuduknya. Ia tahu maksud kabar baik itu adalah berita tentang kehamilannya. Namun, seperti yang sudah-sudah, wanita itu hanya bisa menggeleng pelan sambil meremas paha.
"Mau kapan lagi bakal kamu tunda? Kamu sudah semakin berumur. Kata bidan, kalau hamil di usia lebih dari tiga puluh lima, bisa bikin risiko tinggi kehamilan. Kamu mau anak kedua kamu macem Nala?" Dari balik kacamata yang melorot di ujung hidung mancungnya, Ibu melirik ke arah bocah perempuan berusia enam tahun yang sedang asyik bermain boneka Barbie.
Pijar hanya bisa mengeratkan rahang. Ia ingin sekali membalas omongan ibu mertuanya yang menganggap Nala seolah produk gagal sehingga harus segera ada produk baru penggantinya. Tidak! Nala bukan barang! Dan, Nala bukan anak yang kata Ibu adalah 'anak macem Nala'. Walau dunia mencibir putrinya, tapi bagi Pijar, Nala adalah jantung hatinya.
Sekuat tenaga Pijar berusaha menahan lidahnya. Ia tidak ingin memperkeruh hubungannya dengan sang ibu mertua yang entah sejak kapan semakin renggang saja. Padahal dulu Ibu sangat baik padanya hingga Pijar sempat membantah cerita teman-temannya tentang ibu mertua yang galak.
Awalnya Pijar tak terlalu memedulikan pertanyaan itu. Tapi kini ia terusik dan ingin membantah. Walau di sisi lain, ia tak ingin menjadi menantu durhaka dan menempatkan Bhre yang sangat menyayangi Ibu, di tengah-tengah mereka dan memilih antara ia dan wanita berumur 57 tahun itu. Bagaimanapun Ibu adalah wanita yang melahirkan laki-laki yang sangat ia cintai ... yang menjadi suami dan ayah bagi Nala.
"Saya belum umur tiga puluh lima kok, Bu," jawab Pijar berusaha menepis kekhawatiran Ibu.
Namun, suara tinggi Ibu menyahutnya. "Lha iya! Mumpung kamu masih 32 tahun! Apa kamu nggak ngrasa bersalah sama suamimu? Jangan egois, Pijar! Walau Bhre nggak bilang, dalam hatinya, dia pasti pengin punya anak yang sehat! Bukan hanya Bhre! Ibu juga menginginkan cucu yang sehat!"
Pijar meremas paha dengan erat hingga kuku panjangnya menancap. Dadanya serasa perih, seperti ditusuk-tusuk karena setiap kata yang keluar dari bibir setipis silet itu begitu tajam dan selalu berhasil melukai hatinya.
Sebenarnya, tanpa Ibu harus menunjukkan pun, Pijar sudah merasa bersalah lebih dulu karena melahirkan bayi prematur dengan kebocoran jantung. Rasa bersalahnya itu harus ia telan mentah-mentah dan simpan di dalam relung hati terdalam, karena tak ingin membuat Nala merasa ditolak karena terlahir dengan jantung yang tak sempurna.
"Saya tahu ... saya salah. Tapi, apa daya saya ketika dianugerahi Tuhan anak yang spesial? Ibu boleh merutuki saya seumur hidup, tapi jangan pernah mengatakan Nala 'anak macem itu'." Dengan suara bergetar, Pijar menguatkan hati untuk membuka mulut walau tahu setelah ini perang dunia mertua dan menantu akan terjadi.
💕Dee_ane💕
Cek ombak dulu!
Start 18 April 2023 (baru di-update 3 Juli 2023)
Kenalin :
Bhre Cakrawala
Pijar ArunaputriNala Nindita Cakrawala
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart (Completed)
RomanceDikarunia putri mungil yang menderita penyakit jantung bawaan, membuat Pijar Arunaputri merasa bersalah dan berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi Nala Nindita. Dia akan melakukan segalanya demi kebahagiaan sang putri, termasuk menunda kehamilan. ...