Hai, Deers! Keluarga Cakrawala datang lagi. Semoga terhibur yak.
💕💕💕
Vina Pangesti ….
Bhre tidak salah lihat! Wanita itu benar-benar sosok yang pernah membuat hatinya patah. Setelah dia pindah sekolah karena mengikuti papanya ke Inggris, beberapa kali surat elektronik yang dia kirim tak berbalas.
Satu purnama … dua purnama … hingga sepuluh kalender berganti. Bhre tak memperoleh jawaban seolah Vina menghilang ditelan bumi.
Tak ada percakapan sesudahnya. Dia terlalu terkejut melihat Vina tiba-tiba ada di kota ini … di rumah sakit ini … di depannya.
Walau otak Bhre berjejalan tanya yang ingin terlontar, tapi lidahnya kaku. Hingga acara rapat komite medik kali ini, mereka pun duduk bersama tanpa kata. Hanya dengan detak jantung yang bicara.
Dada Bhre sesak … kerinduan yang dikubur dalam-dalam perlahan menyeruak, menerbangkan lelaki itu melalui lorong waktu ke masa lalu.
Masa di mana jantung Bhre berdebar tiap kali Vina menyapa. Masa di mana gejolak remajanya bersorak riang ketika dia merasakan halus telapak tangan Vina. Masa di mana Vina menjadi pacar pertama ketika gadis manis itu menerima pernyataan cintanya.
Kilasan rasa yang terlupa kini menari di otak Bhre. Mendatangkan nostalgia masa SMA yang terlalu indah dilupa, hingga menimbulkan derita ketika Vina pergi dan menghilang tanpa ada kata … 'putus'.
Bhre memilih meninggalkan ruang rapat lebih awal, menuju ke ICU di lantai satu. Kedatangan Vina membuat hatinya kacau. Pantas saja Pilar, kakak iparnya, mengatakan Bhre bisa jantungan, karena memang jantungnya serasa mau copot ketika pandangannya bersirobok dengan mata cokelat Vina
Setelah mengobservasi beberapa pasien di ICU, Bhre segera ke Instalasi Bedah Sentral untuk melakukan tugasnya menidurkan pasien agar operasi berjalan dengan nyaman. Seperti biasa, dia akan mengganti seragam dengan baju operasi berlengan pendek yang memperlihatkan lengan kekarnya dan segera mencuci tangan di area steril.
Gemericik air menguasai zona 1 yang sunyi karena hanya ada Bhre sendiri. Pikirannya lagi-lagi melayang pada pertemuannya dengan Vina pagi tadi, sementara tangannya secara otomatis melakukan gerakan cuci tangan enam langkah.
"Ngelamun aja, Dok!"
Bhre tersentak. Dia menoleh menatap Vina yang sudah mengenakan baju operasi di hari pertama mereka jumpa.
"Aku ada operasi hari ini. Gantiin pasiennya Dokter Linda yang mutasi." Vina menjelaskan apa yang Bhre pikirkan.
"Ah …." Bhre mengangguk saja. Matanya mengerling ke nama yang tersulam di scrub Vina.
drg. Vina Pangesti, Sp.BM
Bhre menelan ludah kasar. Kalau Vina menggantikan Dokter Linda, artinya dia akan masuk ke ruang operasi yang sama hari ini.
"Mohon bantuannya, ya, Dok."
Walau tertutup masker, Bhre bisa menangkap senyum dari mata yang menyipit. Entah kenapa pendingin ruangan yang berembus di ruang itu seolah tak bekerja. Kepala yang tertutup head cap mulai dirembesi peluh tipis.
"Kalau gitu, saya duluan," kata Bhre kaku dengan bahasa baku.
Vina sedikit membungkukkan badan dan bergeser ke kiri untuk memberi jalan Bhre.
Walau lelaki itu ingin mengambil langkah selebar mungkin, tetap saja dia tidak bisa menghindar karena mereka harus bertugas bersama.
Setelah melakukan prosedur anestesi pada laki-laki berumur 25 tahun, tak berapa lama kemudian pasien tersebut tertidur. Walau sudah membuat pasien dalam kondisi tak sadar, Bhre tetap harus ada di situ selama jalannya operasi untuk memastikan kestabilan tanda vitaln, dan memberikan pertolongan saat terjadi hal-hal yang membahayakan nyawa pasien selama tindakan. Maka, dia pun berdiri di samping monitor, menunggu kedatangan dokter gigi bedah mulut untuk memulai tindakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart (Completed)
Storie d'amoreDikarunia putri mungil yang menderita penyakit jantung bawaan, membuat Pijar Arunaputri merasa bersalah dan berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi Nala Nindita. Dia akan melakukan segalanya demi kebahagiaan sang putri, termasuk menunda kehamilan. ...