Gawai yang tergeletak di meja bergetar saat meeting bersama tim keuangan berlangsung. Pijar lantas meraihnya karena melihat pop-up notifikasi pesan yang muncul di layar ponselnya. Sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Bhre mengiriminya pesan di sore hari.
Panda
[Nda, bisa pulang cepet? Kita jalan-jalan malam nanti]
Alis Pijar mengerut sambil mengecek foto profil Bhre karena siapa tahu handphone suaminya dibajak. Lagi-lagi, bukan kebiasaan Bhre tiba-tiba mengajaknya jalan-jalan. Namun, belum sempat Pijar membalas, pesan lain datang.
Panda
[Dandan yang cantik ya. Kita pakai family tee yang kamu beliin dulu tapi batal kita pakai]
Kedua alis yang tergambar rapi itu semakin menukik. Ada apa dengan Bhre hingga tiba-tiba mengusulkan memakai baju kembar berwarna pink yang ia pesan khusus untuk acara family gathering reuni angkatan Bhre beberapa bulan lalu? Bukankah waktu itu Bhre menolak habis-habisan kaus yang terkesan girly dengan tulisan 'Her Husband' pada bagian depan kaus berukuran XL itu?
Mengetahui Pijar tak fokus, Kevin menyikutnya. "Ada apa?"
Pijar menekan tombol samping ponselnya hingga layarnya kembali menjadi gelap. "Nggak pa-pa."
Gara-gara pesan masuk dari Bhre, Pijar kembali teringat pesan pendek Pilar subuh tadi yang menanyakan hubungannya dengan Bhre. Apa ada hubungannya?
Tepat pukul 04.30 tadi, Pijar mematikan alarm gawainya. Setelah berdoa pagi, ia akan mengecek gawainya dan mendapati pesan Pilar yang masuk ke gawainya tengah malam tadi.
Pilar
[Km sm Bhre, baik2 aj kan?]
Pijar berdecak. Gaya tulis Pilar tak pernah berubah dari dulu. Selalu disingkat. "Tumben nanya hubunganku?" ketik Pijar cepat tanpa mengharap balasan karena yakin Pilar pasti masih ngorok di kamarnya.
Namun, ternyata getar gawai kembali menyahut.
Pilar
[Jar, ak serius! Ak khawatir sm km.]
Pijar
[Kenapa? Akhirnya kamu sadar kalau saudara kembarmu ini nggak salah firasat?]
Jari Pijar bergetar saat mengetikkan setiap kata setiap membahas mantan sang suami.
Pilar
[Iy. Bbrp mlm lalu Dinar ke rmh. Dia marah tpi kupikir kalian para cewek berlebihan.]
Pesan terjeda. Pijar masih sabar menanti Pilar yang masih mengetik. Lima detik kemudian pesan kembali masuk.
[Jar, sori. Aku janji bakal remukin Bhre kalau emang dia main hati sama Vina. Aku ngenalin dia ke kamu karena percaya dia bisa jagain kamu. Tapi, justru kamu yang terengah-engah.]
Huruf-huruf itu perlahan memudar seiring mata Pijar yang terasa panas. Ia lalu menarik napas panjang untuk meredakan gemuruh. Pilar memang tidak sebegitu mudahnya percaya omongan orang kalau belum mendapati faktanya sendiri. Apa yang dilakukan Bhre sehingga membuat Pilar geram?
Pijar
[Emang Bhre bikin ulah apa sampai kamu sadar? Dia pasti nggak bakal cerita sama kamu.]
Namun, pesan Pilar yang ia baca selanjutnya membuat batin Pijar teriris.
Pijar menggelengkan kepala untuk menepis lamunannya. Saat di kantor, ia harus profesional dan fokus mengerjakan semua urusan perusahaan.
***
Selepas meeting sore itu, Kevin menemui Pijar. Ia mengingatkan kalau ada ajakan dinner bareng salah satu klien mereka.
"Ya Tuhan, aku lupa!" Pijar menepuk dahinya. "Bhre ngajakin jalan-jalan malam ini. Gimana dong?" Pijar menjeda pekerjaannya membereskan barang-barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart (Completed)
Roman d'amourDikarunia putri mungil yang menderita penyakit jantung bawaan, membuat Pijar Arunaputri merasa bersalah dan berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi Nala Nindita. Dia akan melakukan segalanya demi kebahagiaan sang putri, termasuk menunda kehamilan. ...