5. Menjenguk Mama

786 125 40
                                    

Bhre dan Pijar datang lagi. Semoga kalian terhibur malam ini. Jangan lupa jejak cintanya ....

💕💕💕

Pijar tetap melangkah pelan walau kakinya ingin sekali mengayun cepat. Pandangannya tajam tertuju pada Bhre yang membeku di tempatnya. Semakin didekati, dia merasa wanita itu tak asing di ingatannya. Sekuat tenaga, Pijar memutar memori dan akhirnya seberkas ingatan menyeruak di antara kenangannya yang terpendam.

Ingatan Pijar pada wajah dan nama orang begitu kuat. Sekali bertemu atau melihat foto, otaknya akan mudah merekam. Kini, semakin diamati, ia yakin bahwa wanita yang sedang bersenda gurau dengan Nala itu adalah wanita masa lalu yang membuat Bhre gagal move on.

Masih lekat di otak Pijar, saat ia menemukan "harta karun" di rumah mertuanya, sebulan setelah ia melahirkan. Wanita itu menyesal karena ia seolah membuka sebuah kotak pandora yang disimpan rapi oleh Bhre di sudut lemari. Padahal selama ini dia tak pernah menyadari ada kotak kayu berukir di situ, dan begitu terbuka, terkuaklah segala kenangan manis yang tersimpan di lubuk hati suaminya yang tak pernah terkatakan, tapi apa yang tersembunyi di dalamnya, berhasil mencabik-cabik batin PIjar.

Dengan tangan bergetar, Pijar mengambil selembar foto yang tergambar sosok Bhre remaja memeluk Vina dari belakang di sebuah photo box. Belum usai keterkejutan Pijar, dia menemukan foto ekspresi kaget Bhre saat Vina mencium pipi Bhre di tumpukan foto-foto lawas. Mata Pijar terasa panas ketika mengambil foto itu. Walau pandangannya kabur karena bulir bening sudah menggenangi bola matanya, dia masih bisa membaca kalimat yang ditulis Bhre.

"Vin, i love you. I miss you. Sorry, aku harus move on”, lengkap dengan tanggal yang bertepatan dengan sehari sebelum pernikahan sederhana mereka.

"Bhre, apa ini?" tanya Pijar saat itu dengan air mata berurai menatap lekat wajah perempuan di dalam foto. Ini kali pertama dia menyebut suaminya tanpa embel-embel ‘Mas’ sejak mereka menikah, mengingat mereka sebaya.

Pijar masih ingat bagaimana terkejutnya Bhre.

"Itu … masa laluku. Udah jangan dipikirkan." Bhre berusaha mengambil foto yang dipegang Pijar.

Pijar mengeratkan pegangan. "'I love you … i miss you'? Ini tanggal sebelum kita menikah! Berarti selama ini ka-mu hanya jadiin aku pelarian? Terus … terus … bahkan sehari sebelum menikah …"

"Pijar, tenang! Itu ndak seperti kamu yang bayangin. Itu dulu …." Bhre memegang kedua lengan atas Pijar dan memutar tubuh yang bergetar, menghadapnya.

"Dulu? Bahkan sehari sebelum kita nikah kamu masih bisa bilang cinta dan kangen sama cewek di foto ini! Trus Mas anggap aku apa?" Pijar berusaha menekan suaranya agar tidak membangunkan bayi Nala.

"Kamu istriku! Aku sayang kamu! Ndak mungkin aku berani ngelamar kamu kalau aku ndak serius. Bahkan ketika mamamu ndak setuju sama hubungan kita."

"Brengsek! Baji**an!" Kata kotor yang tak pernah terlontar lolos begitu saja. Luapan amarah membuat lidahnya tak terkontrol. Bahkan saat lengannya memukul dada bidang Bhre, tetap saja hatinya terluka.

Hingga beberapa saat kemudian, ketika Pijar sudah lebih tenang, Bhre menjelaskan semuanya.

"Aku sayang kamu, Pijar. Kita sudah ada Nala. Masa laluku … biarlah jadi masa lalu."

"Bakar! Bakar jejak cinta kalian dan pendam perasaan itu! Jangan pernah nama gadis itu terlontar dari bibirmu, Bhre Cakrawala!"

Seandainya Nala belum terlahir, atau misal Nala lebih sehat dari sekarang, Pijar akan marah karena merasa hati Bhre bukan untuknya. Namun, ia berusaha memberi kesempatan pada Bhre dan menganggap  perasaan Bhre pada gadis masa lalunya hanyalah cinta monyet. 

My Sweetheart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang