Hai, Deers! Keluarga Cakrawala kembali datang. Klik bintangnya dulu dong. Jangan lupa kasih komentar kalian😍
***
Seperti yang sudah diperkirakan Pijar yang mirip pawang hujan, begitu mobil SUV keluar dari kompleks perumahan elite, kaca mobil mulai dibasahi bulir bening. Cuaca sendu dan rintik syahdu menemani ayah dan anak itu membelah kepadatan jalanan kota Yogyakarta.
Selama mobil ini dinaiki Nala, lagu anak-anak akan menggeser musik slow rock kesukaaan Bhre dan suara menggemaskan gadis kecil itu akan mengalun ceria seolah tak ada sesuatu yang terjadi di jantung yang seperti dipasang bom waktu.
Bhre tersenyum sembari mengerling ke arah putrinya yang pagi ini begitu ceria. Tangan kiri lelaki itu terulur, mengelus kepala Nala saat mobil dihentikan lampu merah di perempatan jalan. "Putri kesayangan Panda seneng banget hari ini."
"Iya!" Nala mengangguk mantap. "Nala seneng karena Papanda yang antar Nala ke sekolah."
"Diantar Mamanda ndak seneng?" Bhre seketika sigap memindah persneling mobil bertransmisi manual ketika lampu berubah menjadi hijau.
"Seneng …. sih …," jawab Nala bernada. Ucapannya mengambang.
"Lalu?"
"Mamanda lebih banyak diam. Kaya sedih gitu. Padahal Nala nggak nakal."
Bibir Bhre mengerucut sambil manggut-manggut. "Sweety-nya Papanda anak baik kok. Mamanda ndak mungkin sedih karena itu. Mungkin Mamanda mikir mau kasih adek untuk Nala?" hibur Bhre asal yang sebenarnya adalah ungkapan isi hatinya.
"Adek?" Mata bulat itu bersinar. "Nala mau adek. Tapi, pas Nala minta Mamanda, Mamanda bilang besok. Besok kapan, ya, Nda?"
Alis Bhre mengerucut. Dia heran mendengar cerita Nala seolah Pijar menolak memberikan adik untuk anak mereka. Yang jelas, putri mungilnya itu tidak akan mungkin berbohong. "Makanya Nala minta sama Tuhan biar dikasih adek."
"Nala udah doa sama Tuhan. Tapi sampai sekarang, Nala masih nggak punya adek kaya Ryan, Satria. Linda …” Nala hampir menyebut semua teman sekelasnya yang punya adik. “Apa Mamanda nggak tahu belinya adek di mana, ya?" Bibir Nala maju lima senti dengan alis mengerut seolah berpikir keras. Telunjuk kurus itu mengetuk di dagu, persis seperti kebiasaan mamandanya saat berpikir.
Kalau sudah seperti ini, Bhre ingin sekali memeluk erat Nala yang selalu membuatnya ingin cepat-cepat pulang.
"Panda …."
"Ya?" jawab Bhre dengan perhatian tertuju ke jalanan yang sangat ramai dengan sepeda motor.
"Nala kangen Panda. Kata Manda, nanti mau kontrol gigi ke Tante Betty. Papanda bisa nemenin Nala?"
Bhre menelan ludahnya. Fokus yang terputus sesaat membuat Bhre terkejut saat ada motor yang memotong jalan. Seketika dia menginjak rem dan spontan tangan kirinya menahan badan Nala agar tak tersentak ke depan. Andai saja tak ada Nala, Bhre akan merutuk dan menginjak pedal gas untuk mengejar dan memaki pengendara motor yang ugal-ugalan itu.
"Kamu ndak papa, Sweety?" tanya Bhre balik.
Nala mengangguk. "Panda bisa nggak?" tanya Nala lagi.
Bhre mendesah. Hari ini dia ada jadwal anestesi operasi bedah mulut. Bila tindakan pengambilan impaksi gigi nanti berjalan lancar kemungkinan dia bisa menemani Nala walau hanya sebentar sebelum ke operasi lainnya. "Panda usahakan, ya? Ndak janji."
Seketika wajah Nala yang cerah menguap seperti tertutup awan gelap yang tergantung di langit. Bhre tidak ingin memberi harapan palsu karena selalu saja apa yang dia janjikan meleset dan membuat Nala lebih bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart (Completed)
Любовные романыDikarunia putri mungil yang menderita penyakit jantung bawaan, membuat Pijar Arunaputri merasa bersalah dan berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi Nala Nindita. Dia akan melakukan segalanya demi kebahagiaan sang putri, termasuk menunda kehamilan. ...