7. Ibu Mertua

766 109 18
                                    

Ada yang menanti keluarga Cakrawala?

Jangan lupa vote n komen ....

💕💕💕

Nala mengerjap. Kepalanya meneleng ke kiri, menatap pandanya yang mengungkung Manda. "Panda sama Manda lagi ngapain?"

Seketika dua orang dewasa itu menoleh ke arah pintu yang terbuka. Melihat Nala dan Mama ada di sana, spontan membuat Pijar mendorong kuat Bhre bertepatan dengan lelaki itu melepas tangannya.

Wajah Pijar merah padam seperti kepiting rebus. Buru-buru ia menangkup blus, menyembunyikan bra. Sementara, Bhre langsung turun dari tempat tidur, membungkuk sedikit menyapa Mama.

Tatapan tajam Mama terarah pada Bhre seolah ingin mencabik laki-laki itu. Namun, Mama tetap tenang dan memanggil Pilar.

Tak sampai semenit, Pilar datang. Pria itu mengerutkan alis keheranan saat mendapati Mama yang rautnya sudah sangat tegang.

"Nala main dulu sama Om, ya?"

Suara Mama yang lembut justru membuat kuduk Pijar merinding. Pijar serasa ingin mencegah putrinya menjauh sehingga kini dia tak terjebak di ruangan bersama Mama yang menatap nyalang pada mereka.

"Ma, sa—"

"Aku bukan mamamu! Kenapa kamu ke sini? Diam-diam seperti pencuri pula! Ah, iya, kamu memang pencuri! Kamu mencuri anakku! Ternyata pendidikan tinggi ndak bikin attitude-mu baik!" ujar Mama ketus. Kedua tangannya bersedekap saat berjalan ke arah Bhre yang berdiri di sisi ranjang.

Dan, plakkk!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Bhre. Seketika Pijar yang masih duduk di ranjang melompat turun dan bersimpuh di lantai sambil memegangi kaki Mama. "Ma, jangan! Dia papanya Nala!"

"Mama menyayangi Nala karena anak itu ndak bisa milih orangtuanya! Tapi, Mama benar-benar ndak bisa melihat laki-laki ini! Laki-laki yang memisahkan Mama dan putri Mama!"

Bhre hanya diam dengan separuh pipi yang merah. Sementara Pijar meraung sesenggukan memohon Mama agar tidak kalap.

"Kamu tahu bagaimana bingungnya Pijar karena Nala ngedrop saat kamu pergi ke Perancis untuk seminar! Dan, istrimu memilih memendam semuanya agar kamu ndak kalut di negeri orang!"

Lagi-lagi … Selain keterlambatan Bhre sewaktu Pijar melahirkan, peristiwa tiga tahun lalu kembali diungkit Mama.

"Ma! Pijar mohon …. Ini semua salah Pijar karena nggak bisa jagain Nala waktu di kandungan dan nggak ngecek makanan Nala sehingga Nala sesak." Pijar meraung. Bahunya naik turun digetarkan rasa bersalah.

Dengan tenang, Bhre berjongkok dan mendekap Pijar dari belakang. Matanya memerah dan berkaca-kaca. "Saya tahu saya salah, Ma. Saya tidak bisa menepati janji saya. Tapi, saya berusaha akan menjadi suami yang baik untuk Pijar dan papa yang baik buat Nala."

Kepalan tangan Mama mengerat. Wanita berumur lima puluhan tahun itu mendongak dengan dada kembang kempis. Setelah menghela napas panjang, Mama berkata, "Kalian … keluar dari rumah ini!"

Bhre menurut dan mengurai tangan Pijar yang merangkul erat kaki Mama. Dia membantu Pijar yang masih sesenggukan untuk erdiri. Sedangkan Mama berlalu begitu saja dari hadapan mereka.

Tangis Pijar pecah saat pintu yang menutup kembali berdentum dengan keras. Bhre hanya bisa memeluk istrinya dan mengusap punggung Pijar berulang seolah ingin menghapus perih. "Bukan salahmu, Nda. Aku yang salah."

Pijar menggeleng. Dalam isaknya, dia menjawab, "Aku … aku yang salah! Aku yang bikin Nala seperti itu!"

Bhre mengecup pucuk kepala Pijar yang hanya setinggi dadanya. "Kita pulang. Biar Mama beristirahat."

My Sweetheart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang