Hati Pijar semakin mendung ketika mendapat kabar buruk dari Kevin setelah beberapa hari mereka berusaha mencari tempat penyuplai bahan yang lebih murah dari harga penawaran. "PT. Adhika Elok kena masalah hukum?" Pijar masih berusaha menyangkal. Setahu Pijar perusahaan penyuplai multiplek itu sempat memberikan dokumen penawaran yang harganya lebih miring dibanding perusahaan Pak Afan. Hanya saja, karena sudah bekerja sama lebih dulu dengan Afan Jaya, maka Pijar hanya menyimpan dokumen itu. Setelah mengetahui harga-harga melambung, Pijar dan Kevin mengumpulkan semua dokumen suplier dan membandingkan penawaran termurah untuk kembali dihubungi.
"Iya. Perusahaan itu ada sengketa pembayaran utang dengan pabrik hingga ke ranah hukum, makanya nggak lagi beroperasi," terang Kevin dengan wajah kecewa.
"Padahal, hanya itu satu-satunya harapan kita untuk mengejar supaya kita nggak rugi." Pijar tak bisa menutupi kekalutannya. "Trus gimana, Vin? Perjanjian kerja sama udah aku teken nih." Wajah Pijar semakin pucat mengetahui mereka belum menemukan vendor dengan harga yang setara atau lebih murah. Padahal kayu lapis jenis multiplex ini menjadi bahan baku utama dalam desainnya.
"Masalahnya, harga barangnya sendiri sudah naik, Jar. Kalau pun dapat murah, kita nggak bisa dapat harga yang setara sama harga yang ada di anggaran."
"Paling nggak, kita bisa meminimalisir kerugian, Vin!" Nada suara Pijar meninggi.
"Mau nggak mau, kita harus hunting ke pabrik. Siapa tahu di sana bisa lebih murah," usul Kevin, berusaha menenangkan Pijar.
"Tapi kalau di pabrik, pasti sudah diangkut sama distributor resmi mereka atau perusahaan suplier lainnya. Dan jatuhnya juga ada minimal jumlah pembelian. Ah, kenapa kemarin kita nggak konfirm harga terbaru sih?" Pijar mulai gelisah.
"Udah! Semua kan udah terjadi. Ngeluh juga nggak nyelesaiin masalah. Sekarang, daripada bingung, ayo kita mulai hunting. Dari semua vendor di Jogja ini, kita coba cek harganya dulu. Kalau nggak pas sama budget, baru kita terpaksa keliling untuk beli bahan yang termurah sesuai spek yang kita bikin." Pijar tahu, Kevin berusaha tenang. Tapi, sorot mata lelaki itu tak bisa berbohong saat mencangklong tas Pijar dan menarik tangan wanita itu, sehingga Pijar terpaksa bangkit dan mengikuti Kevin.
Seharian mereka berputar mencari tempat penyedia multiplex yang murah. Namun, lagi-lagi mereka harus menelan kekecewaan.
"Vin, aku curiga dulu Papa juga salah perhitungan kaya gini. Makanya rugi gede banget. Belum lagi, ada perusahaan suplier yang nipu Papa. Papa ngirim duit dulu, tapi barang nggak dikirim." Pijar menyandarkan punggung lelahnya di sandaran jok mobil.
"Maaf, ya, Jar. Harusnya kemarin kita nggak asal comot harga kayak ini." Raut Kevin terlihat sangat bersalah.
"Yaaa, udah kejadian ini. Sekarang kita harus cari cara gimana kita perbaikin keadaan daripada kita keluar uang untuk pembatalan kontrak." Pijar mendesah. "Salahku juga nggak fokus."
"Seandainya kamu mau nerima aku, kamu nggak perlu pusing kaya gini, Jar," ujar Kevin sambil tersenyum menggoda.
Ucapan Kevin seolah memutar kran air mata hingga akhirnya tangisnya meluap. Ya, ia pusing. Walau ia ingin menahan keluh, tak dimungkiri Pijar sangat lelah. Seandainya saat ini ada Bhre, Pijar akan sangat senang. Tapi, bukan pelukan suami yang menenangkan isaknya, melainkan sang sahabat yang mengecup pucuk kepalanya seolah ingin mengisap lelah di batinnya.
***
"Nda, bangun!"
Pijar terkesiap ketika mendapati suara Bhre yang berdiri di samping mobil yang pintunya terbuka. Seingat Pijar, tadi ia masih di jalan raya Solo-Jogja. Ternyata ia kini sudah sampai di depan rumahnya.
"Panda?" Pijar mengerutkan alis sambil mengerjap berulang. Ia lalu menengok ke arah Kevin yang masih duduk di depan kemudi.
"Tumben pulang cepet, Bhre?" sapa Kevin pada Bhre. Walau terkesan ramah, aura yang menyelubungi mereka berhasil membuat kuduk Pijar meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart (Completed)
RomanceDikarunia putri mungil yang menderita penyakit jantung bawaan, membuat Pijar Arunaputri merasa bersalah dan berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi Nala Nindita. Dia akan melakukan segalanya demi kebahagiaan sang putri, termasuk menunda kehamilan. ...