04 | Shopping

4.7K 549 51
                                    

Garvin dan Aska sedang dalam perjalanan pulang dari proyek cluster terbaru Spectrum Land untuk mulai mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk acara open house. Setelah RAB di-acc oleh Jenna dan Pak Cokro beberapa hari lalu, tim promosi yang dipimpin Garvin bisa mulai bergerak.

Sebagai pihak yang bertugas untuk menjual produk mereka langsung ke customer, Aska dan timnya di divisi pemasaran juga selalu ikut terlibat dalam kegiatan promosi yang diselenggarakan oleh Garvin dan timnya.

Alih-alih mengendarai mobil sendiri, Garvin dan Aska minta diantar supir kantor karena mereka ada zoom meeting selama perjalanan berangkat ke proyek tadi pagi. Begitu pun pulangnya, mereka masih bersama supir kantor.

Sesampainya di lobi, dua manajer tampan itu turun dari mobil dan lanjut berjalan bersebelahan menuju lift yang berada di lantai dasar untuk naik ke lantai tujuh, kembali ke ruangan mereka masing-masing.

Tepat saat mereka tiba di depan lift, ternyata ada Jenna dan beberapa staf keuangan yang sepertinya baru saja kembali dari makan siang.

Garvin sudah hampir mengulas senyum saat matanya bertemu dengan milik Jenna, tapi perempuan itu justru membuang muka. Hal tersebut jelas membuat Garvin tercengang. Bahkan, selama di dalam lift, Jenna tidak mengajaknya bicara sama sekali.

Pemandangan seperti itu sebenarnya sudah sangat biasa di kantor Spectrum. Garvin dan Jenna hanya bercakap jika terkait masalah pekerjaan. Itu pun, ujung-ujungnya mereka selalu bertengkar. Mereka berdua memang terkenal tidak akur.

Terlebih, sifat Jenna yang memang selalu cuek dan jutek, bahkan sejak ia masih staf biasa dulu sehingga membuat semua yang ada di dalam lift itu tidak merasakan suasana yang aneh, kecuali Garvin.

Tiba di lantai enam, Jenna dan rombongannya keluar dari lift. Para anak buah Jenna menyempatkan diri untuk mengucapkan salam kepada Garvin dan Aska. Sementara sang manajer keuangan, tanpa menoleh atau berucap apa-apa ke Garvin atau Aska, langsung melenggang keluar lift. Garvin makin terperangah dibuatnya.

Begitu sampai di lantai tujuh, Garvin dan Aska mengayunkan langkah mereka ke ruangan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu sampai di lantai tujuh, Garvin dan Aska mengayunkan langkah mereka ke ruangan masing-masing. Garvin meletakkan berkas-berkasnya ke atas meja, lalu mendaratkan pantatnya ke kursi dan menyandarkan punggungnya. Rasanya hari ini cukup melelahkan dan juga gerah.

Dia kemudian menarik ponsel dari saku jas dan membuka kontak Jenna, hendak melakukan panggilan telepon. Tapi, tiba-tiba dia membatalkan niatnya itu, lalu beralih ke aplikasi pesan karena dia sedang tidak mau marah-marah. Jenna cukup cepat dalam merespons pesannya.

Lelaki itu mendengkus kasar dan agak melempar ponselnya ke meja karena jawaban Jenna tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Garvin tiba-tiba menegakkan duduknya. Dia mengernyitkan dahinya dalam-dalam sambil berpikir. "Kenapa gue mesti expect Jenna bakal terus-terusan bersikap kayak kemarin, sih? Emangnya dia siapa?"

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang