15 | Soto Betawi

3.9K 486 36
                                    

Heyhooo...
Selamat Lebaran semuanyaaa!
Mohon maaf lahir dan batin.
Maafkan kalau aku sering bikin kalian emosi sama cerita2ku hehehehe.

Anw, aku memutuskan untuk menyempatkan update malem ini, walaupun tadi seharian hectic banget di rumah. Dan, besok giliran aku yang keliling, jadi takutnya aku malah nggak sempet update. Jadi, kalau nanti ada typo-typo, mohon dimaklumi ya. Dikoreksi juga boleh. Karena ngetiknya sambil mencoba sekuat tenaga untuk terjaga hahahaha.
Aku baru sadar kemarin kalau chapter kemarin banyak banget typo-nya hahaha.

Okay, nggak usah lama-lama.
Here you go!

***

Jenna sudah menunggu di depan supermarket apartemennya saat Garvin datang. Tanpa banyak bicara, keduanya langsung memasuki supermarket tersebut. Garvin dengan sigap mengambil troli, lalu mengikuti Jenna yang sudah berjalan dua langkah di depan.

Mereka menyusuri setiap lorong dan Jenna cukup cekatan mengambil barang-barang yang ia butuhkan, sementara Garvin masih setia mengikutinya dengan sesekali tangannya tidak bisa diam untuk ikut-ikutan mengambil barang di rak snack.

"Emang soto betawi pake kakap segala, Jen?" tanya Garvin heran saat Jenna memasukkan fillet kakap ke dalam troli.

"Enggak. Ini buat stok gue aja."

Garvin ber-oh panjang sambil manggut-manggut. "Btw, Jen, gue masih kepikiran soal punishment lembur dua minggu yang dikasih Pak Cokro, deh."

"Kenapa?" tanya Jenna sambil memilih daging sapi yang cocok untuk dimasukkan ke dalam sotonya nanti.

"Ya, ngeri aja lembur selama dua minggu buat nutup target pameran. Padahal, kerjaan gue yang lain juga masih banyak banget."

Setelah memasukkan daging sapi yang sudah ia pilih ke dalam troli, Jenna berdiri menghadap Garvin. "Lo nggak yakin bisa nutup target buat pameran itu?"

Garvin mengerjap. "Ya ..., ya, yakin, sih," jawab Garvin patah-patah.

"Kalau jawaban lo ragu-ragu kayak gitu, itu artinya lo nggak yakin. Mending batalin aja pamerannya."

"Loh, Jen!" Garvin terkesiap ketika Jenna tiba-tiba berjalan meninggalkannya setelah melempar kalimat yang cukup menohok. Garvin cepat-cepat menyusul sang gadis. "Kok, gue ditinggalin?"

"Lo nggak asyik."

"Nggak asyik gimana?"

Jenna berhenti dan memutar badannya, menghadap Garvin lagi. "Lo nggak kayak si ambisius Garvin yang selama ini gue kenal."

Garvin mengernyit tak paham.

"Lo nggak yakin bisa tutup target selama pameran, terus kenapa kita mesti ngadain pameran itu?"

"Gue nggak bilang gue nggak yakin," balas Garvin.

"Kalau gitu, kenapa lo mesti fokus ke lembur dua minggu yang dikasih Pak Cokro? Coba deh sudut pandang lo diubah. Kalau lo berhasil on target di pameran itu, apa yang lo dapet? Selain bonus yang gue yakin bakal gede banget, nama lo sama Aska bakal kembali diperhitungkan sama Pak Cokro buat jenjang yang lebih tinggi.

"Lo lupa apa yang bikin kita sampai di posisi sekarang, padahal kita belum lama kerja di Spectrum? We did a breakthrough, back then, Vin. Dan kali ini, kalian bakal ngelakuin hal yang sama lagi, bahkan lebih spektakuler. Gue aja percaya lo berdua bakal berhasil sama proyek ini, masa lo nggak?" jelas Jenna panjang lebar.

"Bukannya lo nentang usulan pameran ini?"

"Gue cuma bersikap realistis. Tugas gue buat menjaga kestabilan keuangan Spectrum."

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang