Garvin dan Jenna terus berjalan melewati kerumunan tamu yang semakin malam bukannya semakin sepi, melainkan malah semakin ramai.
"Vin, lo kenapa?" tanya Jenna begitu mereka sudah berada di luar ballroom. Dia sudah tidak tahan dengan keheningan yang diciptakan oleh Garvin.
Garvin berhenti melangkah dan menengadahkan kepalanya. Dia mengembuskan napas panjang-panjang, seakan sedang melepaskan sesuatu yang sesak di dalam dadanya.
Tangan Jenna yang bebas terulur untuk mengusap pundak Garvin. "Something's wrong?"
"Sorry, gue tiba-tiba nggak mood di dalem."
"Karena mereka bahas mantan lo?"
Garvin menoleh dan mendapati Jenna yang sedang menatapnya dengan sorot mata lembut. "Lo denger?"
Jenna mengangguk pelan.
Genggaman tangan Garvin kian erat dan rahang pria itu terlihat mengeras. "Sorry," ucapnya lirih.
"I'm okay. Wajar kali mereka tanya begitu. Kan, selama ini mereka taunya lo baik-baik aja sama mantan lo. Terus hari ini lo tiba-tiba ngajak gue. Pasti mereka kaget sekaligus bingung," jawab Jenna berusaha menenangkan Garvin, meski dia sendiri pun tidak merasa baik-baik saja.
"Tapi, nggak harus ngatain kita pasangan selingkuh juga, kan."
Jenna maju selangkah dan mengusap lembut dada Garvin. "Yaudah, yang sabar. Ini mau langsung pulang?"
Garvin mengunci netra Jenna yang berada sangat dekat dengannya. "Lo mau ngajak ke mana?"
"Ke sebelah, yuk!"
Alis Garvin bertaut ke tengah. "Sebelah? GI?"
Anggukan Jenna menjadi jawaban.
"Ngapain?" tanya Garvin.
"Nyari yang seru. Yuk! Mau, kan?"
Garvin berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. "Perlu mindah mobil, nggak?"
"Nggak usah. Ntar kelamaan nyari parkir lagi. Kita lewat dalem aja."
Garvin mengangguk lagi, membuat Jenna tersenyum senang. Gadis itu sudah hendak mulai berjalan saat Garvin menarik tangannya. Jenna menoleh hendak bertanya, tapi sesuatu yang tersampir di pundaknya membuat mulutnya auto-bungkam dan matanya mendelik lebar.
Ditambah, aroma parfum Garvin yang tercium sangat dekat olehnya. Jenna jadi semakin pusing sendiri. Pasalnya, Garvin baru saja memakaikan jasnya ke pundak Jenna.
Jenna menatap lurus netra Garvin yang juga tengah menatapnya lekat. "Vi—Vin—"
"Hm?" respons Garvin sambil merapikan jasnya di pundak Jenna.
"Lo ... ngapain?"
"Nutupin pundak lo."
"Kenapa?"
"Biar nggak keliatan ke mana-mana."
"Tapi, dari tadi juga udah keliatan."
"Tadi emang purpose-nya kan kondangan, tapi kalau sekarang, kita mau main ke mal. Konsep dress lo nggak cocok. Lagian, nggak enak banget liat pundak lo diumbar gitu."
Jenna meneguk saliva. "Lo kok posesif sama gue?"
Garvin terkekeh pelan. "Gue cuma berusaha jagain lo. Biar gimana pun lo tu cewek. Kecuali, kalau lo mau liat gue berantem sama cowok-cowok yang liatin pundak lo penuh nafsu, gue ambil lagi ni jas gue."
Jenna menggigit bibirnya. Dia lupa kapan terakhir kali dia merasa dilindungi oleh seorang pria. Dan, kali ini dia merasakannya lagi.
Garvin Gentanala Zahir, pria yang selalu menjadi musuhnya di kantor selama bertahun-tahun, memperlakukannya sebagai wanita yang berharga dan perlu dijaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pay Your Love ✓ [Completed]
Romance✨ Shortlist WattysID 2023 ✨ ---- Welcome to Mematch. Wanna experience a date without official bond? Just rent! ---- The story may contain harsh words and R19+ ---- Start : 22.02.23 End : 15.07.23