28 | Flat

2.9K 393 56
                                    

Mata Garvin terbuka lebar dan napasnya tersengal, seakan dia baru saja lari maraton. Diamatinya keadaan sekitar dan merasa dia sangat mengenal ruangan ini. Ini kamarnya. Dia berada di kamarnya.

Gue tidur? Berarti yang tadi mimpi? Ah, syukur, lah.

"Vin?"

Garvin sontak menoleh saat namanya dipanggil.

"Udah bangun?"

Mata Garvin mengerjap beberapa kali untuk memastikan pandangannya. Keningnya berkerut samar, bingung. "Aska? Kenapa lo ada di sini?" tanyanya sembari berusaha bangun dari posisi tiduran.

Aska mengubah posisi duduknya yang semula kakinya menyilang, kini menjadi terbuka lebar dengan kedua sikunya bertumpu di masing-masing paha. "Justru gue yang mau tanya. Kenapa lo pingsan di klub? Gue sampe diomelin Nyokap, anjrit! Gegara nggak jadi nginep di rumah."

Deg!

Detak jantung Garvin seakan berhenti seketika. Kalau gue pingsan di klub, berarti itu ... bukan mimpi?

"Ka, Jenna di mana?"

"Hah? Jenna?"

"Jenna. Gue harus cari Jenna." Garvin buru-buru turun dari kasur, tapi ditahan oleh Aska.

"Vin, lo kenapa, sih? Jenna kenapa?"

Bola mata Garvin bergerak tak beraturan, tanda ia sedang tidak tenang. "Jenna .... Gue harus ketemu Jenna. Trauma dia kumat, Ka. Semua gara-gara gue. Gue harus ketemu Jenna."

"Vin, tenang dulu. Cerita pelan-pelan." Aska akhirnya bisa membuat Garvin kembali duduk di sisi kasur. "Gimana tiba-tiba bisa ada Jenna? Bukannya tadi lo ke The Value buat ketemu Irfan?"

Dengan susah payah, Garvin bercerita tentang dia yang bertemu dengan Jenna dan berakhir dengan pertengkaran. Setelah Jenna pergi, ia tak ingat apa-apa lagi. Dan ketika ia membuka mata, Garvin sudah berada di kamar apartemennya.

"Lo kalau lagi emosi emang jelek banget sih, Vin." Aska mengusap kasar wajahnya.

Garvin menghela napas seraya mengangguk setuju. Dia menyesal tidak bisa mengontrol emosinya. "Gimana lo tiba-tiba jemput gue?"

"Gue ditelepon sama petugas keamanan The Value." Aska mulai bercerita tentang bagaimana ia bisa bersama Garvin di sini sekarang. "Dia bilang, ada orang yang liat lo pingsan di halaman belakang The Value yang sepi. Mereka takutnya lo diapa-apain sama orang. Tapi, setelah diperiksa, lo cuma pingsan. Nggak ada luka sama sekali.

"Mereka ngecek hape lo. Untungnya, hape lo nggak ada kuncinya. Mereka buka last log, yang ada nomer gue. Yaudah, mereka nelpon gue, suruh jemput lo."

Ketika di Yogya beberapa bulan lalu, Garvin memang menghapus fitur password di ponselnya karena sering dipinjam Jenna untuk mentransfer foto. Jenna selalu menyuruh Garvin untuk membuka password-nya terlebih dulu.

Padahal, dia sudah memberitahu password-nya dan menyuruh Jenna untuk membukanya sendiri, tapi Jenna tidak pernah mau. Oleh sebab itu, Garvin jadi menghilangkan password di ponselnya dan belum dipasang lagi sampai sekarang.

"Terus lo gimana bisa masuk ke sini?"

"Pake jempol lo, lah! Lo ganti password nggak bilang-bilang," sewot Aska.

"Jenna sering ke sini. Gue mau jaga dia aja. Lo suka asal masuk kalau ke sini soalnya."

Aska berdecih sinis dan memicingkan matanya ke arah Garvin. "Nyusahin!"

Garvin tidak menghiraukan cibiran Aska. Dia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan langsung mencari nama Jenna. Dia melakukan panggilan telepon ke Jenna, tapi tidak ada jawaban sama sekali.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang