Kalimat Garvin minggu lalu, yang mengatakan kalau dia sudah kembali menyewa Jenna pada weekend ini ternyata bukan omong kosong belaka. Karena, saat ini Garvin dan Jenna sedang berkencan di sebuah mal, yang lagi-lagi berjarak cukup jauh dari SCBD, yakni PIM.
Alasan Garvin masih sama, dia memang sengaja mencari tempat yang sekiranya tidak akan terdeteksi oleh teman-temannya, terutama teman kantor. Bisa heboh orang sekantor kalau sampai dia dan Jenna kepergok jalan berdua, bergandengan tangan pula.
"Vin, kayaknya lo kalau milih tempat kencan selalu ke mal, deh. Nggak ada tempat lain?" tanya Jenna yang masih mengikuti Garvin berkeliling PIM sambil cuci mata.
"Lo ada ide selain mal?"
"Ya, kan, ada Dufan, ada Ancol, ada—"
"Nge-date lo kayak bocah semua," potong Garvin sambil terkekeh.
Jenna memukul lengan Garvin. "Lo ngatain gue bocah mulu, hish! Dufan seru, tau!"
"Suka naik rides?"
"Nggak, sih, hhe." Jenna meringis lebar.
"Lah, terus?" Garvin menoleh sekejap dengan kening berkerut.
"Ya, seru aja liat orang-orang naik wahana. Rame gitu. Gue pengin ikutan naik juga, tapi nggak berani, hahaha."
Garvin mendengkus, lalu mengacak puncak kepala Jenna. "Dasar aneh. Kapan-kapan gue ajakin naik wahana. Biar berani."
"Sama lo naiknya?"
Garvin mengangguk.
"Katanya nggak suka ke Dufan ...?!"
"Siapa yang bilang nggak suka?" tanya Garvin balik, yang sukses mengundang Jenna untuk memukul lengannya lagi. Garvin kembali tergelak karena berhasil membuat Jenna kesal. "Kalau di Jakarta, kita bisa ke mana, sih? Kalau nggak mal, ya kafe. Gue pengin sesekali ke luar kota, tapi waktunya yang susah."
"Yaudah, kan, bisa ke Bandung atau Bogor, yang nggak begitu jauh."
"Nggak mau kalau ke sana. Maunya yang sekalian jauh. Malang, kek. Bali, kek."
"Yeee! Itu mah kudu cuti."
"Makanya, tadi gue bilang waktunya yang susah."
"Emang kenapa sih nggak mau ke Bandung atau Bogor? Bogor kan seru juga, banyak tempat wisata."
"Kalau ke Bogor, paling enak ya ngamar." Jenna melayangkan tinju yang cukup keras ke dada Garvin, hingga membuat pria itu mengaduh. "Sakit, Jen! Plak-plok banget tangan lo, astaga!"
"Otak lo dibersihin dulu makanya, biar nggak jorok!"
Garvin tertawa lagi, bahkan kali ini sampai menular ke matanya yang jadi berbentuk bulan sabit terbalik.
Dengan langkah kaki masih beriringan dan tangan yang masih saling bertaut, Jenna menengadahkan kepalanya untuk memandangi Garvin yang sedang tertawa lepas. Sepertinya, baru kali ini, ia melihat Garvin tertawa sampai terpingkal-pingkal seperti itu. Terlebih, saat ini hanya ada mereka berdua.
Biasanya, Jenna hanya melihat Garvin yang ekspresinya lempeng atau dingin. Lelaki di sampingnya itu tidak mudah tersenyum atau tertawa seperti Aska. Beberapa staf wanita di Spectrum menyebut Garvin sebagai Si Mahal Senyum.
Meskipun begitu, Garvin tetap menjadi salah satu manajer favorit para staf perempuan di Spectrum karena tampang Garvin yang jelas di atas rata-rata. In terms of look, saingan Garvin sementara ini hanya Aska.
Langkah Garvin terhenti ketika lengannya dicengkeram Jenna cukup kuat. Dia menoleh dan melempar tatapan bertanya pada gadis di sebelahnya.
"Gue ke sana dulu, ya." Jenna menunjuk ke salah satu tenant. "Gue pengin es krim."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pay Your Love ✓ [Completed]
Romance✨ Shortlist WattysID 2023 ✨ ---- Welcome to Mematch. Wanna experience a date without official bond? Just rent! ---- The story may contain harsh words and R19+ ---- Start : 22.02.23 End : 15.07.23