08 | Ngerepotin

4.2K 538 47
                                    

/KRUUKK/

Jenna refleks memegangi perutnya yang baru saja berbunyi minta diisi. Dia melihat jam yang terletak di atas meja kerjanya dan seketika terkejut melihat angkanya. "Lah, udah malem aja. Pantes gue kelaparan," gumamnya pada diri sendiri.

Begitu sampai di apartemennya tadi siang, Jenna langsung masuk ke kamar dan menghabiskan waktunya untuk menonton serial anime favoritnya guna melupakan segala macam emosi yang disebabkan oleh manusia bernama Garvin Gentanala. Saking tenggelamnya pada serial yang ia tonton, Jenna sampai lupa untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

Wanita itu beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur sambil memencet saklar-saklar lampu yang ia lewati. Dia benar-benar tidak keluar kamar sejak tadi siang. jika butuh ke toilet saja, dia baru turun dari kasur. Itu pun dia menggunakan toilet yang berada di dalam kamarnya.

Sampai di dapur, Jenna memeriksa isi kulkasnya. Memindai setiap rak sambil berpikir apa yang bisa dimasak dengan bahan yang ia punya. Setelah mendapatkan ide, dia akhirnya mengambil bahan-bahan untuk mulai memasak.

Di tengah kegiatannya mengeluarkan bahan-bahan masakan dari kulkas untuk diletakkan ke atas meja dapur, ponselnya—yang memang ia bawa serta—berbunyi. Jenna membaca nama Pak Agus di layar. Pak Agus adalah salah satu sekuriti yang bertugas di lobi apartemennya.

"Halo, Pak Agus?" sapa Jenna sopan begitu ia mengangkat panggilan tersebut. Dia menjepit ponselnya di antara dengan pundaknya, sementara tangannya masih sibuk mengeluarkan bahan-bahan masakan.

"Halo, Mbak Jenna. Ada yang mau saya sampein ke Mbak Jenna."

"Apa itu, Pak?"

"Di sini ada cowok yang dari tadi berdiri di lobi, udah satu jam lebih. Dia nggak mencurigakan, sih, tapi saya kasihan dari tadi nggak gerak-gerak dari sana. Saya tawarin duduk, nggak mau—"

Jenna berhenti bergerak. Ia memejamkan mata seraya menghirup napas dalam-dalam. Dia tahu siapa yang dimaksud Pak Agus. Dia pun berdiri tegak lantas memegangi ponsel dengan satu tangannya dan satu tangannya yang lain menyugar rambutnya ke belakang.

"—Akhirnya, saya tanya dia ada perlu apa dari tadi berdiri di situ. Katanya, dia nunggu Mbak Jenna."

"Dia pakai baju hitam, Pak?"

"Iya, Mbak. Dia gangguin Mbak Jenna, ya? Saya usir aja, ya."

Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. "Nggak usah, Pak. Saya turun aja."

"Oh, pacarnya Mbak Jenna, ya? Lagi berantem, Mbak?"

"Makasih buat infonya, ya, Pak," ucap Jenna tanpa menjawab pertanyaan Pak Agus. Ia pun mulai mengayunkan langkahnya keluar unit dengan langkah berat.

Sebenarnya, dia malas menemui lelaki itu, tapi dia juga tidak mau kalau lelaki itu membuat keributan di lobi kalau Pak Agus mengusirnya.

Dan benar saja, begitu lift tiba di lantai dasar dan pintunya perlahan terbuka, Jenna sudah dapat melihat lelaki—yang kata Pak Agus—sudah menunggunya sejak satu jam lalu.

Jenna menghampiri pria itu dan menatap tajam netra miliknya. "Gue udah turun. Sekarang, lo bisa pulang, Vin."

"Ada yang mau gue omongin sama lo," balas Garvin, memandang lurus netra Jenna.

"Lo tadi cuma bilang kalau lo bakal ada di sini sampai gue turun. Lo nggak bilang-"

"Gue yang ke atas atau lo yang ikut gue balik ke apart gue?" tanya Garvin mengabaikan kata-kata Jenna.

Jenna menganga mendengar kalimat Garvin. Di saat seperti ini, lelaki itu masih saja egois dan seenaknya sendiri. Lelaki itu sepertinya lupa akan apa yang ia lakukan pada Jenna tadi siang.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang