23 | Night Talks

3.9K 457 90
                                    

⚠️⚠️⚠️
Slightly trigger warning
***

Jenna keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar dan rambut setengah basah sebab baru saja dikeringkan asal menggunakan hair dryer. Dia berjalan menuju meja rias untuk melakukan night skin care routine-nya dan berniat untuk langsung tidur. Rasanya, sangat lelah tapi juga menyenangkan.

"Jen! Jenna!"

Jenna tersentak akibat suara Garvin yang memanggilnya cukup kencang. Dia pun bangkit dari kursi rias dan melangkah cepat menuju kamar Garvin melalui connecting access yang pintunya tidak tertutup.

"Kenapa, Vin?" tanya Jenna sedikit panik.

Garvin yang sedang berdiri di pinggir pintu pun menoleh. "Udah selesai?"

"Apanya?" tanya Jenna bingung.

"Mandi sama ganti bajunya."

Jenna mengangguk, walau masih bingung. "U—udah."

Garvin balas mengangguk, lalu berjalan masuk ke dalam kamar Jenna, meninggalkan sang pemilik kamar yang melongo bingung. Dengan sorot matanya, Jenna mengikuti setiap gerakan Garvin yang ternyata menuju kasur miliknya dan duduk bersandar pada headboard.

"Lo manggil gue cuma buat nanya gue udah selesai mandi apa belum, Vin?" tanya Jenna lagi karena rasa penasarannya belum tuntas.

"Iya," jawab Garvin datar.

"Kenapa? Kan, lo bisa langsung masuk. Pintunya juga nggak ditutup. Lo sendiri yang bilang kalau lo milih kamar yang ada connecting door-nya biar nggak perlu ketok-ketok." Jenna masih berdiri di ambang batas antara kamarnya dan milik Garvin.

"Gue mau make sure aja kalau lo udah berpakaian proper. Soalnya, lo kan lagi mandi tadi."

Muncul gelenyar aneh tapi menyenangkan di dada Jenna. Secara tidak sadar, bibirnya mengulas senyum senang. Jantungnya tidak usah ditanya. Sudah jelas mulai disfungsi.

"Just wondering ...," ucapnya sambil berjalan menuju kasur, lalu duduk di samping Garvin. "Apa lagi yang dicari mantan lo ketika lo udah seperti ini, Vin?"

Garvin tidak bisa menahan tawanya ketika Jenna mendadak membahas mantannya. Dia pun mengedikkan bahunya sekilas. "Anggep aja she doesn't deserve me."

"Oh, kalau itu sih udah jelas. Lo pantes dapetin cewek yang lebih baik, yang bukan tukang selingkuh."

"Such as ...?" Please, jawab 'gue', Jen.

"Anak kyai. Anak ustaz," canda Jenna sambil tertawa dan menangkupkan tangannya menutupi kepala. Dia tidak tahu kalau Garvin sedang menelan kekecewaan atas ekspektasinya sendiri.

Merasa tidak ada respons, tawa Jenna mereda dan menatap Garvin takjub. "Wah, tumben lo nggak jitak gue. Gue udah siap-siap padahal."

Garvin pun tidak bisa menahan dengkusan geli. "Ada-ada aja."

"Ya, tangan lo hobi plak-plek ke kepala gue soalnya. Tapi, akhir-akhir ini emang udah jarang, sih," ujar Jenna yang sedang mengingat-ingat kapan terakhir kali Garvin menjitaknya.

"Kangen gue jitak?"

Jenna mendecakkan lidahnya. "Dielus-elus, disayang gitu, lho. Bukannya dijitak atau digeplak mulu. KDHM itu namanya."

Garvin mengernyit bingung. "Apaan tu?"

"Kekerasan Dalam Hubungan Mematch."

Tawa keduanya meledak bersamaan. Jenna malu karena ucapannya sendiri, sementara Garvin gemas melihat tingkah Jenna. Pria itu melingkarkan tangannya di leher Jenna dan menariknya mendekat, kemudian memukul-mukul kecil jidat gadis itu.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang