19 | Good Night

3.7K 446 27
                                    

/TING TONG/

Jenna urung masuk ke kamar saat suara bel tiba-tiba terdengar. Dahinya berkerut samar seiring langkahnya menuju pintu. Siapa malem-malem ke sini? Bisa naik pula.

Dia membuka pintu dan seketika matanya terbuka lebar saat menemukan Garvin di balik pintu tersebut.

"Hai," sapa Garvin dengan mengangkat satu tangannya.

"Kayaknya, lo udah bestie-an banget sama Pak Agus, ya?" sindir Jenna yang membuat Garvin menelengkan kepalanya bingung.

"Maksudnya?"

"Lo dikasih akses naik, bahkan tanpa konfirmasi ke gue dulu."

Tawa Garvin pecah seketika. Dia mengacak puncak kepala Jenna dengan gemas karena gadis itu tahu persis apa yang terjadi saat dirinya datang tadi.

Garvin memang tidak memberi tahu Jenna terlebih dulu kalau hendak datang ke apartemen gadis itu. Niatnya, dia akan menelepon Jenna begitu sampai lobi. Namun, Pak Agus sudah berinisiatif untuk membukakan akses untuk Garvin naik ke lantai 9, tempat unit Jenna berada.

Jenna melangkah masuk dan membiarkan pintunya ditutup oleh Garvin yang berada di belakangnya, mengikutinya sampai ke ruang tengah.

"Ngapain malem-malem ke sini?" tanya Jenna begitu mereka sudah duduk bersebelahan di sofa bed berwarna abu-abu terang di ruang tengah.

"Gabut. Bingung mau ngapain di apart," jawab Garvin santai sembari menyandarkan punggungnya, mencari posisi nyaman sebab seharian ini dia hampir tidak dapat kesempatan untuk duduk yang cukup lama.

"Loh, Tante Nafa ke mana? Bukannya, baru pulang ke New York besok Minggu?" Jenna mengetahui informasi itu saat makan siang tadi. Nafa sendiri yang memberitahunya.

Garvin menoleh pada Jenna dan menyunggingkan senyum lebar seraya menatap lekat netra gadis itu.

Jenna yang ditatap seperti itu, jadi bingung dan salah tingkah sendiri. "Ke—kenapa?"

"I like the way you call my mom as 'Tante Nafa'. Bukan lagi 'nyokap lo'."

Jenna mengerjap beberapa kali, lalu membuang muka. Tolong banget, muka gue jangan sampe merah! "Ya—ya karena gue udah ketemu dan kenal sama beliau in person."

"But still ..., I like it."

"You're welcome," canda Jenna, yang disambut gelak oleh keduanya. "Terus ... pertanyaan gue belum lo jawab, Garvin." Jenna menoleh lagi pada Garvin.

"Pertanyaan yang mana?"

"Hadaaahh," geram Jenna. Kadang, dia gemas pada sisi Garvin yang suka tiba-tiba diserang short-term memory loss itu. "Gue tanya Tante Nafa ke mana sampai lo bisa ada di sini sekarang?"

Garvin ber-oh panjang, mulai ingat. "Mommy ke rumah Nenek. Ngabisin waktu di sana, sebelum dia balik ke New York."

"Kok, lo nggak ikut juga?"

"Besok pas weekend. Gue udah pernah cerita kan kalau jarak dari kantor ke rumah Nenek tu jauh banget. Gue nggak mau buang-buang waktu di jalan cuma buat berangkat dan pulang kerja," jawab Garvin. "Makanya, gue ke sini sekarang, soalnya weekend ini kita nggak bisa nge-date."

Terselip perasaan kecewa di diri Jenna saat Garvin mengatakan mereka tidak akan kencan minggu ini, tapi dia juga sadar, siapa dia melarang Garvin menemani ibunya yang sudah lama tidak lelaki itu temui?

"Oke," jawab Jenna singkat.

"Lo mau ngapain rencananya?" tanya Garvin seraya mengangkat tangannya untuk melingkar di bahu Jenna dan membawa gadis itu mendekat.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang