34 | Perpisahan

3.1K 366 40
                                    

Kaki jenjang Jenna melangkah melewati lobi gedung Spectrum untuk menunggu jemputan dari Garvin yang baru selesai meeting di luar. Hari sudah malam yang disertai hujan turun cukup deras menyebabkan beberapa staf Spectrum masih bertahan di lobi, entah menunggu hujan agak reda atau menunggu jemputan.

Jenna menemukan Fanny di antara orang-orang yang masih belum bisa—atau belum mau pulang akibat hujan. Dihampirinya asisten Pak Cokro yang sedang sibuk dengan ponselnya itu dengan langkah perlahan.

"Belum balik, Fan?"

Fanny terkesiap karena tiba-tiba diajak bicara. Dia mengangkat kepala dan mendapati Jenna sudah berdiri di sampingnya. "Sumpah, kaget gue, Jen."

"Hihihi, lagian, fokus banget sama handphone. Kenapa belum balik?" ulang Jenna.

"Ini rencana mau balik, tapi dari tadi pesen takol nggak ada yang nyangkut."

"Wah, pasti susah, sih, order takol hujan-hujan gini."

Fanny mengangguk dan kembali mencoba peruntungannya memesan taksi online.

"Mobil lo kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa. Tadi gue berangkat dianter cowok gue. Eh, malah dia disuruh ke Bandung mendadak terus gue disuruh balik sendiri. Kan, kampret."

Jenna tergelak melihat wajah cemberut Fanny. "Balik bareng gue aja, yuk. Bentar lagi Garvin nyampe."

"Eh, rumah lo berdua kan di sini doang. Rumah gue lumayan jauh dari sini."

"Terus kenapa?"

"Ya, itu nggak nebeng gue namanya. Nggak deh, nggak usah. Thank you anyway," tolak Fanny sopan.

"Terus lo mau di sini sampe jam berapa? Kalau ujannya nggak berhenti-berhenti gimana?"

Fanny tidak langsung menjawab. Sebenarnya, tawaran Jenna sangat menggiurkan. Tidak ada yang bisa menjamin, hujan akan segera reda dan dia bisa pulang dengan cepat.

Namun, rumahnya cukup jauh bagi Garvin dan Jenna yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk sampai rumah masing-masing. Rasanya, tidak tahu diri sekali kalau dia menerima tawaran Jenna.

"Eh, Garvin udah sampe. Ayo, Fan!"

Lamunan Fanny buyar saat suara Jenna kembali terdengar. Tangannya sudah ditarik Jenna untuk keluar dari lobi dan menunggu di area pick up di depan.

"Lho, itu bukannya mobil lo, Jen?" tanya Fanny yang melihat mobil Jenna mengantre memasuki area pick up.

Jenna mengangguk membenarkan. "Iya, tadi pagi Garvin minta dijemput."

"Mobilnya kenapa?"

"Nggak tau. Gue tanya, dia bilangnya nggak apa-apa. Nggak tau, aneh emang dia kadang-kadang."

"Dia lagi pengin manja sama lo itu berarti."

"Alah alaaaahh," cibir Jenna yang mengundang gelak tawa dari Fanny.

Begitu mobil yang dikendarai Garvin sampai, Jenna langsung menghampiri pintu penumpang di depan dan menyuruh Garvin menurunkan kaca jendelanya.

"Kenapa?" tanya Garvin setelah menurunkan kaca seperti permintaan Jenna. Suaranya dibuat lantang agar tidak kalah dari suara hujan yang cukup kencang.

"Anter Fanny dulu, ya. Dia nggak bawa mobil. Pesen takol juga nggak ada yang nyaut dari tadi," jawab Jenna yang juga agak berteriak.

"Oh, oke. Get in."

"Ayo, Fan," ajak Jenna sebelum dirinya masuk ke kursi penumpang di samping Garvin yang mengemudi.

"Hai, Vin. Sori, ya, ngerepotin," ujar Fanny begitu duduk di kursi belakang.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang