13 | Pulang

4.1K 502 59
                                    

Garvin duduk bersandar pada headboard kasur dengan Jenna yang bersandar di atas dadanya. Mereka berdua sedang menonton siaran berita HBO di televisi sambil cuddling.

Usapan tangan Garvin di kepalanya, membuat Jenna mulai terserang kantuk. Berita yang ia tonton sudah tidak bisa tercerna dengan benar di otaknya.

"Vin, gue bisa tidur lama-lama kalau lo mainin kepala gue mulu."

"Yaudah, tidur aja," jawab Garvin datar. Dia masih terlalu fokus pada televisi di depannya.

"Vin, kita kayak gini malah jadi kayak FWB-an, nggak, sih?" Jenna memilih untuk banyak bicara supaya bisa tetap terjaga.

Garvin melirik ke Jenna sekejap, lalu kembali beralih ke TV. "Meaning?"

"Ya, ini. Kita cuddling kayak gini, padahal kita nggak punya hubungan apa-apa."

Kekehan pelan keluar dari bibir Garvin. "Terus benefit-nya di mana? Lo, sih, gue bayar. Gue? Benefit gue apaan?"

"Gue nggak lo bayar buat hari ini, ya. Pesawat sama hotel juga gue sendiri yang bayar." Jenna memukul pelan dada lebar Garvin.

"Yaudah, gue ganti habis ini."

"Nggak usah. Gue bukan cewek open—mmphh."

"Ngomong cewek open BO lagi, gue ngambek, ya," ujar Garvin tegas yang sedang membekap mulut Jenna.

"Pwahh .... Iya, iya." Garvin yang sudah melepas bekapannya di mulut Jenna memicing ke arah Jenna. "Sugar baby kalau gitu, hahaha—Aduh! Garvin! Sakit!" seru Jenna sambil memegangi kepalanya yang baru saja dijitak Garvin.

"Ya, lo ngomongnya ngaco," balas Garvin seraya mengusap kembali kepala Jenna. "Tapi, nggak apa-apa juga sih, lo jadi sugar baby gue. Jadi, lo cuma buat gue."

"Nggak, ah. Ntar lo minta macem-macem. Gini aja udah bener. FWB abal-abal," ucap Jenna sambil tergelak geli dengan kalimatnya sendiri.

"Benefit gue apa kalau gitu?"

"Bisa deket sama gue," jawab Jenna seraya mendongak untuk menatap wajah Garvin.

Tawa Garvin makin kencang, sampai kepala Jenna yang ada di atas dadanya pun ikut bergoyang. "Setau gue, FWB tu benefit-nya nggak sekadar deket doang. Biasanya, mereka emang udah deket, tapi nggak mau punya status resmi. Tapi, mereka sama-sama butuh something hot and full of desire—JEN!"

"Apa? Hihihi."

"Nggak usah mancing, ya."

"Mancing apa, sih? Nggak ada ikan."

Garvin memejamkan matanya seraya menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk terus mengendalikan diri.

Saat ini, tangan Jenna sedang sangat jahil di atas dada Garvin. Tangan itu mengusap-usap dada Garvin dengan gerakan seduktif yang dapat membangunkan sesuatu yang tidak boleh ada di antara mereka. At least, buat sekarang ini.

Garvin menangkap tangan jahil yang sudah sampai perutnya itu dan menggenggamnya dengan sangat kencang. Dia menunduk dan menemukan Jenna yang juga tengah menatapnya.

"Jangan mancing gue, Jen," ulang Garvin dengan suara beratnya.

Jenna mengerjap, tapi tidak mengalihkan tatapannya dari netra Garvin yang menggelap.

"Kalau lo nggak mau terjadi sesuatu di sini, you better to stop."

"Kalau gue nggak mau?" Entah apa yang dipikirkan Jenna sampai bisa-bisanya dia berkata seperti itu.

"Don't regret anything. Gue bisa nyerang lo saat ini juga."

Jenna tidak menjawab apa-apa. Dia masih menikmati tatapan Garvin padanya. Tatapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dia tidak tahu apa arti tatapan itu, tapi Jenna menyukainya.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang