2.1 Sebuah Inspirasi

156 20 2
                                    

"Bikin apa ya enaknya."

Sebuah kanvas berukuran 40 kali 50 cm tergeletak di atas meja bersama beberapa peralatan lukis lainnya. Hyunjin berdiri di tengah ruangan. Bu Nining meminjamkan studio lukis miliknya untuk Hyunjin. Mengingat Hyunjin tak memiliki tempat untuk membuat lukisannya di rumah. Ia pun tak mau ambil resiko dengan membuatnya di sekolah, terlalu banyak orang, ia takut lukisannya malah tak sengaja rusak nantinya.

Tema perlombaan itu tidak dibatasi. Para peserta dibebaskan untuk mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Hyunjin sempat mendapatkan beberapa ide. Namun dirinya belum berani mengeksekusi idenya yang belum terlalu matang itu.

"Gue kok tiba-tiba nge blank gini."

Kepalanya mendadak kosong ketika dihadapkan dengan kanvas. Biasanya ia akan membuat sesuatu ketika memang muncul suatu ide dan kondisi mood nya sedang baik. Detik itu juga ia akan membuat idenya secara spontan. Tetapi jika dipaksakan muncul seperti ini, otak kreatifnya tak bisa berjalan. Ia juga merasa kesulitan ketika harus dihadapkan dengan tenggat waktu.

"Harunya gak gue terima sih tawaran lombanya..."

Rasa rendah dirinya kembali muncul. Hyunjin mengacak rambutnya kasar.

"Ga boleh nyerah. Nanti dimarahi Chris."

Tangannya lalu bergerak untuk mengambil buku sketsanya, mendudukkan diri di kursi dan mulai mencoret bukunya secara abstrak.

"Kalau kayak gini bakal cocok atau enggak ya?"

Ketika ia masih merasa ragu, ia langsung menghapus sketsanya dan membuat ulang dari awal.

"Susah banget sih...."

"Bagaimana Hyunjin? Sudah ada ide mau bikin apa?"

Bu Nining muncul dari pintu masuk studio. Wanita itu membawa beberapa kanvas di tangannya.

"Maaf Bu, saya belum terpikirkan ide apapun."

"Belum dapat inspirasi ya."

Hyunjin memainkan pensil ditangannya. Merasa sedikit bersalah karena tak menghasilkan apapun padahal dirinya telah diberikan fasilitas dan kesempatan.

"Tema yang bagus itu tak harus selalu tema yang berat, Nak. Kamu bisa ambil inspirasi dari manapun. Misal dari keseharianmu. Apa yang kamu lakukan, apa yang kamu dapatkan di setiap harinya, atau pengalamanmu, atau bahkan dari orang orang terdekatmu."

Bu Nining kemudian menepuk bahunya pelan, "Kamu tidak perlu terlalu keras dirimu sendiri. Ide itu nantinya bisa hadir dengan sendirinya kalau kamu dalam keadaan nyaman. Jangan paksakan diri ya."

Maka hari demi hari berlalu seperti biasa. Hyunjin banyak menghabiskan waktunya di studio milik Bu Nining entah sekedar untuk mencari inspirasi atau membuat sketsa abstrak. Ia masih mecari ide terbaik agar dirinya memiliki peluang besar untuk menang meskipun lomba itu merupakan yang pertama baginya. Ia bertekad untuk menghasilkan karya terbaik yang pernah ia buat seumur hidup. Sedangkan Chris, ia juga lebih memilih banyak berlatih setiap pulang sekolah. Bagi Chris, POPDA dan POPNAS tahun ini merupakan kesempatan terakhir untuk meraih medali emas di masa SMA nya. Maka ia pertaruhkan seluruh tenaga dan waktunya untuk berikan yang terbaik.

Keduanya masih berinteraksi. Tapi otak mereka penuh dengan tujuan masing-masing membuat interaksi mereka tak se intens dulu. Bila pada jam istirahat biasanya mereka akan menghabiskan waktu di kantin bersama Changbin, maka sekarang hanya Chris yang akan muncul untuk makan bersama Changbin. Apabila tak sedang berada di studio Hyunjin lebih memilih berada di perpustakaan atau tetap berada di kelas. Entah membaca buku atau mencari artikel dan berita menarik untuk dijadikan inspirasi. Mereka juga jarang berbalas pesan mengingat Chris akan berlatih saat pulang sekolah dan segera tidur sehabis latihan untuk mengembalikan energi.

Fri(end)zone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang