2.7 Lari

151 19 6
                                    

Gimana perasaan kalian habis baca chapter 2.6?

.

.

.

.

"Gue gak tau ternyata gue bisa jadi se spesial ini buat lo. Makasih."

Hyunjin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kemanapun asal bukan ke Chris.

Tiba-tiba ponsel Hyunjin bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Ia membalas pesan itu secara cepat. Tak lama kemudian sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Hyunjin menjauhkan diri beberapa langkah dari Chris.

"Halo?"

Chris menatap punggung Hyunjin yang menjauh.

"Hah?! Lo gapapa kan?" Ucap Hyunjin dengan nada panik setelah mendengar perkataan dari orang di seberangnya.

"Oke, gue kesana sekarang. Tunggu ya!"

Hyunjin mematikan panggilan itu dan segera beralih ke aplikasi Gojek.

"Kenapa?"

Hyunjin menggelengkan kepala.

"Ada sesuatu yang harus gue urus. Gue duluan ya. Ini kunci studionya, kalau ketemu Bu Nining kasih kuncinya ke beliau." Hyunjin memberikan kunci studio pada Chris. Ia lalu mengambil helmnya dan segera keluar dari ruangan.

"Lo mau kemana? Gue anterin."

"Gausah." Jawab Hyunjin dengan nada tegas.

"Gue naik Gojek aja. Lukisan gue udah ditunggu Lia. Jadi gue minta bantuan lo buat bawa lukisan ini ke sekolah."

"Lo bisa pake GoSend," Ucap Chris sembari berjalan mendekati Hyunjin, "Kalau emang keadaan darurat biar gue yang anter."

"Gak. Lo tahu sendiri driver Gojek gabisa masuk kawasan sekolah."

Ia menatap Chris dengan tatapan memohon.

"Gue mau lukisan ini sampai dengan aman. Tolong ya?"

Maka Chris tak mampu hentikan Hyunjin lagi kala lelaki itu berlari kecil ke arah driver yang ia pesan, meninggalkan dirinya pergi ke tempat tujuannya.

Dan katakanlah bahwa Hyunjin diam diam merupakan aktor yang handal.

Keadaan darurat?

Bohong.

Pesan yang masuk adalah pesan dari Seungmin yang menanyakan apakah waktunya kosong besuk mengingat keduanya berencana bermain bersama. Hyunjin membalas Seungmin, meminta tolong agar pemuda itu menelponnya karena keadaan darurat.

Tentunya Seungmin segera menelponnya.

Namun, ia tak tahu seberapa konyolnya wajah Seungmin yang kebingungan dikala Hyunjin tiba tiba berteriak menanyakan keadaannya dan mengatakan hendak menyusulnya.

Disinilah Hyunjin berakhir, di kamar Seungmin, duduk bersandar pada lemari mahoni milik kawannya. Seungmin memandang miris kawannya yang seperti tak punya nyawa.

"Gue kaget lo tiba-tiba ngomong aneh ditelpon tadi."

Ia meletakkan es sirup di atas meja dekat dengan Hyunjin. Pemuda itu meraihnya tanpa tenaga hingga gelas itu nyaris jatuh.

"Sekarang gue yang tanya, lo gak papa?"

Hyunjin menggelengkan kepalanya. Ia meneguk isi gelas hingga tersisa separuhnya.

"Gue bingung."

Dengan nada tenang Seungmin menanggapi, "Kenapa?"

"Seung. Kalau temen gue seneng, gue harusnya ikut seneng kan ya?"

Fri(end)zone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang