Tujuh tahun kemudian.
Chris tengah bersihkan sepeda motor miliknya di depan rumah. Bukan, motor itu berbeda dengan motor yang ia pakai di SMA, tapi motor baru yang dibelinya setahun yang lalu.
Ia berhenti menjadi atlet di usia 22. Perubahan karir yang mendadak sempat membuatnya merasa kosong dan sedikit depresi. Namun, perlahan dirinya mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan memutuskan untuk mencari hal baru.
Ketika lulus SMA, sang Papa mengarahkan dirinya untuk masuk jurusan manajemen bisnis. Mengingat dirinya lebih cocok dengan pelajaran lintas minat ekonomi dibanding peminatan pengetahuan alam, membuat dirinya tak keberatan untuk ikuti kemauan orang tuanya lanjutkan pendidikan di bidang bisnis. Kini setelah lulus kuliah, dirinya bantu sang Papa jalankan salah satu cabang restoran, dan dalam waktu dekat dirinya berencana membuka Café baru di sana.
"Abang, cariin Mama. Minta tolong anter ke pasar, mau belanja."
Lily, adiknya yang berusia 5 tahun lebih muda darinya memanggilnya dari lantai dua rumahnya.
"Duh, motor belum gue kering abis gue cuci. Pinjem motor lo dek!"
"Pake mobil!"
"Pasar doang elah! Bawa mobil pagi pagi bikin macet!"
Kunci dilempar begitu saja dari lantai dua. Untungnya Chris masih miliki reflek yang bagus sehingga kunci motor dapat ditangkap dengan baik. Chris mengumpat perlahan, menyumpahi adik satu satunya itu agar tidak bertambah tinggi.
"Chris, ayo nak, keburu siang nanti habis semua sayurnya!"
Ia mengelap sisa air pada celana pendek hitam miliknya. Pemuda berlesung pipi itu lalu menuju garasi untuk mengambil motor adiknya.
Ketika sampai di pasar, Chris ikut berkeliling bersama Mama nya. Turut bantu bawa barang bawaan, sesekali bertanya pada penjual mengenai barang jualannya.
"Bang, ini sayurnya ambil dari mana?"
Dan sepertinya bisnis memang cukup cocok untuk Chris.
Kondisi pasar sangat ramai. Orang-orang berdesakan, berebut untuk membeli bahan terbaik dan menawar dengan harga semurah mungkin semua barang yang ada di sana. Tak sedikit pula anak kecil yang turut berada di sana, mengikuti orang tuanya yang entah berjualan atau sedang berbelanja.
"Tunggu dulu di sini ya, Mama mau beli ayam."
Barang bawaan yang banyak tak memungkinkan dirinya untuk ikut masuk ke kerumunan tempat penjual daging. Maka dengan sabar Chris tunggu di depan penjual tahu sembari melihat ke sekeliling.
Betapa terkejutnya Chris ketika temukan seseorang yang sudah lama tak ia temui, sedang berada di seberangnya tengah gendong anak gadis yang berusia sekitar 2 atau 3 tahun.
"...Hyunjin?"
Ia terpaku ditempatnya. Sudah 7 tahun semenjak terakhir kali ia melihat Hyunjin. Lelaki itu nyaris tak berubah sama sekali, kecuali fitur wajahnya yang menjadi lebih tegas, perlihatkan bahwa dirinya telah mencapai kedewasaan, serta tak lupa surai yang lebih panjang. Senyum hangatnya pun masih sama seperti dulu.
Seluruh rasa rindu yang ia pendam selama bertahun tahun seperti meluap. Ia ingin menghampiri Hyunjin. Tanyakan bagaimana kabarnya selama ini, mengapa ia menghilang begitu saja tanpa berikan kabar apapun padanya. Apakah Hyunjin benar-benar membuang semua soal dirinya.
Detik itu juga Hyunjin menoleh, ia menemukan Chris yang tengah berdiri di seberangnya. Kedua matanya membulat, merasa tak kalah terkejut dengan keberadaan Chris.
Chris ingin melangkah mendekati Hyunjin. Namun, banyaknya orang diantara keduanya membuat Chris tak bisa bergerak sama sekali. Hyunjin juga tak bisa melangkah mendekat, takut anak gadis yang berada di gendongannya terjepit diantara kerumunan. Hingga akhirnya seorang wanita tiba-tiba memanggil Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(end)zone ✔️
Fanfic[END] "Sayangku ke kamu tulus. Saking tulusnya jadi kelihatan goblok ya hehe." ================================ Niat awal pengen bikin cerita bucin, ternyata sejauh ini yang ku tulis gak sebucin itu ceritanya, haha :") BxB ya gais, yang gak suka bis...