Hyunjin dan Chris semakin asing satu sama lain. Si pemuda Pisces bahkan tak akan mengirimi dirinya pesan jika ia tak mengirim duluan. Chris merindukan hari hari dimana mereka akan saling bertukar pesan, membahas hal random, dan makan bersama di kantin sekolah. Bukan hal seperti ini yang ia inginkan.
Ia memang sempat dapatkan ucapan selamat ulang tahun ditengah malam serta ucapan penyemangat untuk perlombaannya di POPNAS. Namun, seminggu setelahnya ia tak dapatkan pesan lain dari Hyunjin. Kedua pesan itu menjadi pesan terakhir yang dikirim Hyunjin padanya hingga detik ini.
Di hari keberangkatan dirinya ke Jakarta untuk mengikuti POPNAS, dirinya masih tunggu pesan dari Hyunjin.
Ding!
Sebuah notifikasi masuk pada ponselnya. Ia segera membuka pesan itu. Tetapi ternyata Felix yang mengiriminya pesan, berikan doa untuk kemenangannya serta permintaan untuk menjaga dirinya sendiri.
"Ayo Chris, Pak Anwar udah siap."
Suara Pak Ari mengembalikan fokusnya. Ia lalu membawa tubuhnya masuk ke dalam mini bus untuk segera berangkat ke pusat pelatihan atlet sebelum ia dan puluhan atlet lainnya diberangkatkan menuju Jakarta.
"Kalian istirahat saja ya, persiapkan kondisi sebaik mungkin untuk perlombaan. Pokoknya tahun ini kita bawa pulang emas!" Ucap Pak Ari pada seluruh atlet yang dikirim untuk POPNAS.
Chris tak begitu peduli dengan ucapan Pak Ari. Ia lebih memilih mendengarkan musik. Lebih tepatnya playlist yang telah disusun Hyunjin untuknya beberapa bulan yang lalu.
"Gue gak boleh mikir aneh aneh dulu. Ayo fokus Chris. Harus menang." Ucapnya dengan suara pelan pada dirinya sendiri.
Sedangkan Hyunjin, dirinya tengah perhatikan mini bus yang perlahan keluar dari kawasan sekolah melalui jendela kelasnya. Pelajaran Biologi yang biasanya menarik baginya tak cukup untuk kembalikan atensinya yang masih berada pada gerbang sekolah.
Berani sumpah, Hyunjin rindu setengah mati pada sang atlet renang. Keberadaan teman teman yang menggantikan Chris di sisinya nyatanya tak sepenuhnya tutup rasa sepi akibat absennya si atlet renang dalam hidupnya. Dan dirinya masih mengira bahwa jarak adalah cara paling tepat agar dirinya dapat bunuh perasaan cintanya pada Chris. Tapi justru dirinya merasa makin rindu dan mendambakan setitik afeksi dari pemuda itu.
Sebenarnya dirinya ingin ucapkan kalimat semangat secara langsung pada Chris. Tapi dirinya takut usahanya untuk move on akan kacau saat berhadapan dengan pemuda itu. Maka ia urungkan niat untuk datang ataupun sekedar mengirim pesan padanya.
Chris mengatur nafasnya, menormalkan detak jantung yang seperti akan lepas dari tempatnya.
"Halo Chris, lama banget gak ketemu. Apa kabar!"
Ketika Chris menoleh, ia dapati Jaehyun, pemenang POPNAS cabor renang tahun lalu berdiri di belakangnya. Ia tersenyum, balas sapaan pemuda itu dan memeluknya akrab.
"Baik lah. Lo apa kabar."
"Baik juga," ia menepuk bahu Chris yang masih tertutup jaket, "Sampai jumpa di kolam. Ayo kita lihat siapa yang dapet emas tahun ini."
Chris tak bisa menahan seringai mendengar tantangan yang Jaehyun berikan padanya.
"Gausah nangis kalau gue yang dapet ya."
Pertandingan hari itu berjalan sangat cepat. Tanpa mereka sadari final telah berada di depan mata. Chris regangkan badan, menutup mata, menikmati sensasi ototnya yang berkontraksi. Di belakangnya pelatihnya memberinya beberapa wejangan.
"Chris. Kamu sudah berlatih dengan keras selama ini. Gak perlu pikir yang lain. Los aja. Tubuhmu gak akan lupa sama hasil latihanmu."
Ia buka kembali matanya. Tatapannya membara penuh rasa percaya diri dan semangat untuk berjuang. Ia lepas jaketnya dan bawa dirinya berjalan menuju balok start ketika namanya dipanggil. Sorakan penuh semangat memenuhi indra pendengarannya, teriakkan nama serta ucapan semangat.
"Semangat bro."
"Lo juga semangat."
Sempat bertukar ucapan semangat pada Jaehyun yang berada di lintasan sebelahnya. Ia segera memasang kacamata renangnya sembari berdoa dalam hati agar bawa medali emas kali ini.
Pritttt...
Bunyi peluit pertama menggema diseluruh area kolam. Semua atlet mengambil posisi siap di atas balok start. Suasana menjadi sunyi, tak ada yang berani bersuara seolah suara sekecil apapun akan membuat fokus mereka hilang.
Priittt....
Bunyi peluit kedua terdengar. Chris segera melompat ke dalam air. Tangan dan kakinya lalu bergerak, pacu tubuh untuk bergerak maju memecah air. Kepalanya kosong, dirinya tak pikirkan apapun. Hanya berusaha agar dapat bergerak secepat mungkin di atas air.
Balikan pertama.
Masa bodoh dengan lawannya di lintasan lain. Ia benar benar tak peduli. Perlombaan terakhir dirinya di masa SMA. Ia hanya inginkan dapat hasil terbaik dan tak kecewakan orang-orang pada kesempatan ini.
Balikan kedua.
"Menang di semua lomba ya. Dapetin uang saku yang banyak. Janji mie ayam kemarin bakal gue tagih waktu lo udah menang."
Ah... Ia teringat janjinya dengan Hyunjin.
Setelah tepati janji untuk belikan mie ayam, semuanya akan kembali seperti semula kan?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seluruh penonton bersorak riuh sambut kemenangan juara baru pada cabang olahraga renang. Chris berhasil tempati juara 1, mengalahkan Jaehyun dan puluhan atlet lain pada pertandingan ini. Ia berteriak penuh semangat dan peluk pelatihnya erat dikala dirinya keluar dari kolam.
Di atas podium, medali emas dikalungkan pada lehernya. Rasa bangga dan haru akan perjuangannya membuat dirinya merasa sedikit emosional. Jaehyun yang berada di posisi kedua berikan selamat serta sebuah pelukan pada Chris.
"Gimana hasilnya?" Tanyanya ketika dirinya bertemu dengan Changbin.
"Perunggu," jawab Changbin singkat, "Selamat lo dapet emas."
Pelukan selanjutnya Chris dapatkan dari Changbin. Ia menepuk punggung Changbin keras sembari ucapkan bahwa kawannya telah bekerja keras.
"Tidur nyenyak sih gue malem ini."
Chris merangkul bahu Changbin, membawanya mendekat untuk berfoto bersama atlet yang lain. Mereka berpose di depan GOR sembari memegang medali masing masing.
"Btw ada yang pengen gue tanyain sama lo Chris."
Chris menganggukkan kepala. Mereka tengah berada dalam perjalan pulang menuju penginapan. Chris sedang sibuk membalas ucapan selamat yang memenuhi ponselnya. Sepertinya Pak Ari telah menyebarkan kabar kemenangannya pada satu sekolah hingga ponselnya menerima pesan tanpa henti sejak setengah jam yang lalu.
"Tapi lo bakal jujur kan sama gue."
"Iya elah, biasanya juga gitu, gece mau tanya apaan?"
Changbin sempat terhenti sebelum membulatkan tekad untuk bertanya.
"Lo jadian sama Felix?"
Lagi.
Seluruh gerak motorik Chris seperti tak berfungsi. Tubuhnya terasa dingin ketika mendengar pertanyaan dari kawannya.
Melihat reaksi Chris, Changbin tertawa remeh. Diamnya Chris merupakan sebuah pembenaran atas pertanyaannya.
"Dian lo artinya iya kan?"
"Bin gue bisa jelasin-"
"Sorry." Changbin memotong ucapan Chris sebelum si atlet renang berbicara lebih jauh.
"Gue capek banget hari ini. Gue tidur duluan ya."
Changbin sandarkan tubuh sepenuhnya pada kursi dan menutup matanya. Meski dirinya tak benar benar tidur. Itu lebih baik daripada dirinya mengeluarkan kalimat yang nantinya akan ia sesali pada Chris.
Chris sendiri tak tahu dirinya harus bagaimana. Tujuan awalnya menyembunyikan hubungan adalah agar persahabatannya dan Changbin tidak rusak. Lalu jika akhirnya seperti ini, apakah usahanya nyaris dua tahun akan sia sia?
================================
Sad ending, happy ending, atau open ending? Atau happy ending yang gak happy happy banget?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(end)zone ✔️
Fanfiction[END] "Sayangku ke kamu tulus. Saking tulusnya jadi kelihatan goblok ya hehe." ================================ Niat awal pengen bikin cerita bucin, ternyata sejauh ini yang ku tulis gak sebucin itu ceritanya, haha :") BxB ya gais, yang gak suka bis...