Bab 46. Abu-abu

435 46 16
                                    

" Kau tahu sendiri kita tak bisa menahannya lebih lama kak. Kau harus membukanya. " ucap seseorang.

Dia memiliki rambut segelap malam. Terikat dengan kuncir tinggi dan dihiasi Guan perak yang rumit. Pakaiannya berwarna hitam bercampur abu dengan corak perak dan sentuhan emas sedikit. Sungguh berbanding terbalik dengan seseorang yang diajak bicara olehnya.

" Rasanya seperti bertaruh akan sesuatu. Bagaimana jika kekuatan ditubuhnya justru akan saling menghancurkan satu sama lain dan membuat kita kehilangan kesempatan ? "

Itu tanggapan lawan bicaranya. Ia masih mempertahankan surai putih panjang yang tergerai dengan hiasan mahkota yang menandakan posisinya. Pakaiannya juga putih yang dikombinasikan dengan warna kuning telur tua dan bordiran motif emas di seluruh jubahnya.

" Aku yakin kita bisa membimbingnya kak. Kau dan aku. Sisi putihnya bisa dilatih denganmu sementara aku akan membantunya mengendalikan sisi gelapnya agar tidak berbalik menyerang dirinya sendiri seperti dulu. "

" Kekuatan gelapnya yang selama ini kusegel memang mulai bocor. Aku memang sengaja tak menutupnya kembali dengan harapan ia bisa mengendalikannya bersama dengan kekuatan lain dalam dirinya. Tapi kau lihat bagaimana reaksinya bukan ? Dia memang lebih pandai mengolah kekuatan sejatinya tapi itu juga membuat tubuhnya semakin lemah. Aku..aku tak bisa untuk kehilangan lagi. "

Si hitam berjalan mendekati si putih. Dia menepuk pelan pundak sang kakak, " Karena itulah kita akan melatihnya. Dia adalah si abu-abu. Sesuatu yang berada di tengah-tengah putih maupun hitam. Dialah pelengkap sekaligus jawaban akan hal yang selama ini kau nantikan. Ingatlah kenapa kau memintanya untuk menjadi pengganti jiwa putrimu. Ingat itu. "

Si putih terdiam. Pikirannya menerawang jauh ke belakang. Masa-masa di mana dirinya jatuh ke jurang terdalam kesedihan. Istrinya terbaring tak sadar setelah kehilangan buah hati mereka dan kutukan yang ada. Sedangkan buah hatinya, hanya sebuah tubuh kosong tanpa jiwa.

Sudah cukup lama ia mencari segala cara untuk mengembalikan kembali keluarga kecilnya. Ia bahkan pernah meminta bantuan para dewa dan dewi, tapi semuanya gagal. Tapi ia tak putus asa. Jika dirinya putus asa, maka siapa yang akan mengembalikan keluarganya ? Siapa yang akan menjadi sandaran terkuat bagi istrinya ketika ia sadar nanti ? Tidak ada.

Sampai suatu hari datanglah sebuah jiwa unik. Memiliki inti gelap tapi hati yang bersih. Jiwanya tampak rusak tapi masih bisa diperbaiki.

Dia berkonsultasi pada adiknya tentang jiwa itu, sebelum akhirnya mendapat penjelasan mengapa jiwa itu datang ke surga alih-alih neraka meski inti miliknya gelap.

Jiwa itu, hatinya sungguh berlian.

Kehidupan yang dimilikinya sebelum datang kemari memang sulit. Hal yang membuatnya bahagia bahkan bisa dihitung jari.

Adiknya berkata bahwa jiwa itu memang sangat cocok untuk masuk ke dalam tubuh putrinya yang kosong. Tapi dirinya ragu. Ada sesuatu yang membebani di dalam hatinya.

Ia kemudian meminta sang adik untuk membuka lembaran kehidupan jiwa itu. Disanalah ia mendapat jawaban.

Selama hidup, jiwa itu merasa selalu terikat akan hutang dan tanggung jawab. Ia tidak pernah mempedulikan dirinya sendiri dan selalu mementingkan orang lain. Ia menghibur orang lain meski dirinyalah yang seharusnya membutuhkan hiburan.

Pertama, ia merasa terikat oleh sebuah sekte besar. Kedua, ia juga terikat kembali atas pertolongan yang pernah dilakukan seseorang padanya. Ketiga, ia terpaksa membohongi dirinya sendiri akan apa yang dia inginkan. Bahkan memberikan kekuatan yang selama ini dilatihnya ataupun melepas semua yang dimiliki tanpa bisa ia nikmati dengan nyaman.

Sungguh, itulah yang menjadi beban berat bagi hatinya untuk menggunakan jiwa itu. Ia tak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang memanfaatkan jiwa itu dengan dasar keterikatan, hutang, tanggung jawab dan sebagainya.

Go Back ( Wei Wuxian x Lan Wangji ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang