Bab 2. Tak bisa dihindari

2.3K 218 9
                                    

Sesampainya di rumah Zichen mereka langsung masuk dan disambut oleh ayah dan ibu Zichen.
" Selamat datang Xian " ucap ibu Zichen sembari memeluk Wei Wuxian erat seolah enggan untuk melepaskan.
" Terimakasih ibu " bukan hal aneh lagi bila Wuxian memanggil ibu Zichen dengan sebutan ibu juga. Begitu pula dengan keluarga Zichen yang sudah menganggap keponakan cantiknya ini sebagai putri mereka.

" Ibu ! Kenapa aku tidak dipeluk juga " kesal Zichen mendapati hanya dirinya yang tidak dipeluk sang ibu.

Orang tua Zichen tersenyum tak kala melihat sikap putranya yang terlihat lucu saat kesal.

" Aiyo Zhichen jagoan ayah. Hahahaha " timpal ayah Zichen sembari merangkul putranya untuk menuju ke ruang makan.

" Ayo makan dulu, kalian pasti lapar bukan ? " Ibu Zichen melepaskan pelukannya terlebih dahulu sebelum mengajak Wuxian ke ruang makan juga

Selesai makan Wuxian dan Zichen tak lupa mengucapkan terimakasih dan bergegas masuk ke kamar masing-masing untuk mengganti baju sekolah yang masih melekat.
.
.
.
.
.

Jangan heran bila Wuxian memiliki kamarnya sendiri dirumah Zichen. Kamar itu dibuat oleh keluarga Zichen karena Wuxian yang kerap kali menginap. Bukan tanpa alasan mereka membuat kamar itu tapi karena orangtua Wuxian yang sering melakukan penganiayaan padanya lah yang membuat keluarga Zichen memutuskan untuk merawat Wuxian.

Namun Wuxian selalu berkata ' aku juga memiliki rumah sendiri dan juga orang tua jika aku tak pulang kerumah nanti orangtuaku akan marah ' itulah alasan Wuxian yang hanya akan menginap ditempat Zichen saat orangtuanya melakukan perjalanan bisnis ke luar kota seperti saat ini.

Orangtua Zichen seringkali kesal dengan perilaku orangtua Wuxian yaitu Wei Changze dan Cangse Sanren.

Pasalnya Wei Wuxian adalah seorang gadis muda yang seringkali mendapatkan penganiayaan oleh orangtuanya sendiri. Wei Zoucheng bahkan pernah melihatnya sendiri ketika kakanya, Changze memukul Wuxian menggunakan tongkat baseball.

Bahkan setiap Wuxian datang menginap dirumahnya pun pasti akan selalu ada luka baru dengan luka lama yang belum sembuh total.

Keponakannya itu bukan hanya sakit fisik tapi juga mentalnya karena sering mendapatkan penganiayaan dari orangtuanya sendiri sejak kecil.

Zoucheng melihat Wuxian tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan jarang menampilkan ekspresinya padahal Zoucheng tahu bahwa keponakannya itu dulu adalah pribadi yang ceria seperti putranya.

Zoucheng dan juga istrinya berusaha untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang pada keponakannya tersebut agar bisa seperti putranya yang mudah tersenyum dan lebih terbuka.
.
.
.
.
.
.
Selesai berganti baju, Zichen dan Wuxian pergi menghampiri kedua orang tua Zichen untuk meminta ijin. Rencananya mereka berdua akan pergi ke minimarket terdekat untuk membeli camilan.

Setelah mendapat izin, mereka langsung pergi ke minimarket menggunakan motor sport Zichen. Tak lupa Wuxian selalu membawa tas serbagunanya. Alasannya sih untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu.

Wuxian saat ini hanya memakai kaos dalam dengan Hoodie moca oversize untuk luarannya dan celana jeans yang tidak terlalu ketat. Gadis itu memang tidak suka memakai baju yang lebih feminim seperti gadis lainnya. Ia lebih nyaman menggunakan pakaian seperti ini.

Sedangkan Zichen, anak itu memakai kaos dalam berwarna abu-abu dengan kemeja kotak-kotak hitam dan celana jeans hitam yang melapisi tubuhnya.

Banyak orang yang melihat mereka merasa iri dengan paras mereka yang terlihat cocok. Seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan-jalan naik motor pikir mereka.

Setelah sampai di minimarket, Wuxian langsung menuju ke rak camilan kesukaannya. Coklat. Ya gadis itu adalah maniak coklat. Semua camilan yang diambilnya adalah coklat meski kebanyakan adalah minuman sachet coklat yang diambilnya.

Sedangkan Zichen, ia juga sama mengambil banyak camilan kesukaannya. Apapun yang ia ambil pasti berwarna merah. Zichen memang menyukai pedas begitupun Wuxian, tapi Wuxian selalu menomorduakan pedas setelah coklat tentunya.

Selesai membayar Wuxian dan Zichen membawa 2 tentengan besar berisi camilan itu keluar.
" Jie, bagaimana jika tentengan ini masukkan saja ke tas serbaguna mu itu ? " Usul Zichen. Agaknya ia merasa kesusahan membawa tentengan berisi camilannya sendiri dan milik Wuxian.

Wuxian yang mendengar hal itu langsung mengeluarkan tas serbagunanya dan memasukkan 2 tentengan besar berisi camilan itu ke dalam tasnya.

" Astaga, bahkan setelah diisi 2 tentengan besar pun tas jiejie tetap kembali ke bentuk semula. Kecil dan ringan. Keren ! " Puji Zichen. Tas ini tidak dibuat sembarangan dan tidak ada yang menjualnya karena tas ini buatan pribadi Wuxian.

Gadis itu kejeniusannya memang luar biasa apalagi dalam hal robotik dan juga tekhnologi. Seperti tas buatannya ini misalnya. Itu adalah hasil percobaan paling sempurna miliknya.

Jika ditanya bagaimana bisa ia mendapat ide untuk membuat tas itu jawabannya adalah karena buku yang ia baca.

Buku tentang kultivator yang mempunyai kantong unik bernama qiankun yang bisa menyimpan barang sebanyak apapun didalamnya tanpa merubah bentuk kantongnya.

Wuxian yang merasa tertarik segera membuat kantong itu dengan merubahnya menjadi sebuah tas kecil meski tak mudah. Butuh waktu selama satu tahun sampai tas itu benar-benar sempurna.

Mereka berdua segera pulang setelah membeli camilan yang dibutuhkan. Motor Zichen melaju dengan kecepatan normal, namun sayang saat ditengah perjalanan tiba-tiba ada sebuah truk dengan kecepatan penuh menuju kearah mereka.

" Zichen !! Awas!!! " Teriak Wuxian

BRAKK

Sayang teriakan Wuxian seolah tak berguna. Takdir sepertinya bermain pada mereka. Zichen tak bisa menghindar karena kejadian tersebut terjadi begitu cepat. Wuxian dan Zichen terpental cukup jauh karena tabrakan keras itu.

Keadaan Zichen terlihat parah dengan darah yang terus mengalir dibagian kepala. Zichen terlihat sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan Wuxian pun keadaannya juga tak jauh berbeda dengan Zichen. Darah mengenang banyak disekitar mereka.

Wuxian yang masih memiliki kesadaran tipis berusaha untuk mendekati Zichen. Tapi tak bisa karena tubuhnya mati rasa, hanya tangannya yang bisa digerakkan kecil berusaha meraih tangan Zichen sembari terus memanggil namanya.

" Zi- zi chen " parau Wuxian, ia terus memanggil nama Zichen bahkan setelah ia sudah berhasil meraih tangan Zichen.

" Ya Tuhan. Demi dewa langit dan juga bumi, aku memohon padamu tolong selamatkan adikku, Zichen ! " dengan sisa kesadarannya Wuxian memanjatkan doa sekeras yang ia bisa.

Sebelum kesadarannya benar-benar habis, Wuxian seperti melihat cahaya putih melingkari dirinya dan juga Zichen. Entah apa yang terjadi selanjutnya, Wuxian pun tak tahu karena ia menyusul Zichen menutup mata.

Published 27 Januari 2021

Go Back ( Wei Wuxian x Lan Wangji ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang