Malam tadi Kazuma sudah menceritakan semua kejadian menyakitkan kepada Laskar hingga membuat cowok itu bereaksi kesal. Laskar ingin membalas semua perbuatan pengkhianatan yang dilakukan oleh teman Kazuma, tetapi Kazuma menahannya. Ia tak mau Laskar ikut campur dalam masalah ini, biarkan semuanya menjadi urusannya. Kazuma yakin ia bisa menyelesaikan semuanya dan berdamai dengan permasalahan yang terjadi.
Hari ini adalah hari hukuman dilaksanakan. Seluruh murid kelas 12 Asisten Keperawatan memakai seragam perawat putih-putih. Sebagian dari mereka membawa alat kesehatan seperti stetoskop dan tensimeter aneroid yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.
Beberapa tenda juga sudah disiapkan dari sekolah dan sudah terpasang di pinggir lapangan. Semua persiapan sudah matang dan segala peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan lainnya juga sudah lengkap. Seluruh murid sangat bersemangat untuk menjalankan aktivitas hari ini, kecuali Kazuma yang dari tadi hanya menatap datar teman-temannya.
"Kaz, lo nanti bagian pemeriksaan Tanda-Tanda Vital, ya. Nanti gue sama Putri mau ambil bagian lain, biar sama-sama punya tugas." Clarissa tampak bersemangat, seolah semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang disembunyikan.
Kazuma hanya tersenyum samar, lalu mengangguk. "Iya."
"Lo kenapa, sih? Kok kayak lemas banget. Masih kecewa sama yang kemarin, ya?" tanya Putri.
Masalah kemarin jelas Kazuma sangat kecewa. Apalagi Kazuma sampai menangis semalaman. Hal seperti ini haruskah Putri masih bertanya?
"Memang kalian berdua nggak kesal sama Nala dan Clara? Mereka berdua udah mengkhianati kepercayaan kita, loh," balas Kazuma yang penasaran dengan sudut pandang mereka. Apalagi kedua sahabatnya terlihat baik-baik saja.
Clarissa dan Putri saling pandang, lalu beberapa detik kemudian kembali menatap Kazuma. "Kaz, sebenarnya gue juga kecewa, tapi kalau kita maafin mereka, nggak ada salahnya juga, 'kan?"
"Bener tuh, kasian loh Nala dan Clara, mereka nggak punya teman selain kita bertiga," sambung Putri.
Kazuma mendadak bungkam dengan ucapan keduanya. Ia tak tahu harus berkata apa lagi. Kazuma kira reaksi Clarissa dan Putri akan sama dengan dugaan Kazuma, tapi ternyata salah. Mereka seolah memandang enteng masalah pengkhianatan itu dan terlihat tidak merasa sedih sedikit pun.
Semudah itukah mereka memaafkan? Oh iya Kazuma lupa, Clarissa dan Putri mana tahu rasanya dikhianati, 'kan? Lagi pula kemarin mereka berdua hanya diam saja dan tidak membantu Kazuma berdebat atau membela sedikit pun. Jadi, mana mungkin kedua sahabat Kazuma mengerti sesaknya menahan kekecewaan dan kepercayaan yang sudah dikhianati.
"Iya, terserah kalian aja." Percuma jika Kazuma jelaskan seberapa sakitnya dikhianati, mereka tetap tidak akan mengerti.
"Nah, gitu dong. Jadi, nanti Nala sama Clara tetap boleh main bareng kita lagi, 'kan? Lo udah maafin mereka, 'kan?" tanya Clarissa untuk memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
831 Kazuma
Teen Fiction[Completed]✔️ "Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang" ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN⚠️ ⚠️BERANI PLAGIAT? KITA BERURUSAN DENGAN JALUR HUKUM⚠️ *** Untuk melupakan seseorang di masa lalu, Kazuma mencoba membuka hati lagi kepada seseo...