Masih di malam yang sama, yaitu di malam hari ulang tahun Kazuma.
Seharusnya malam itu Kazuma bisa merayakan ulang tahunnya dengan meriah. Namun, karena mengetahui Laskar baru saja kecelakaan, gadis itu lebih memilih mengajak Laskar ke rumah sakit untuk memeriksa luka cowok itu, tapi Laskar malah menolaknya.
"Ngapain, sih, segala ke rumah sakit? Kan udah ada lo sebagai perawatnya, suster Kazuma." Laskar menekankan dua kata terakhir, berniat menggoda gadis itu hingga sebagian wajah Kazuma langsung memerah.
"Ih, apaan sih, Las! Gue bukan suster tau." Kazuma jadi salah tingkah ketika Laskar terus memerhatikannya seraya mengulum senyuman.
"Tapi, calon suster, 'kan?"
Kazuma langsung mencubit gemas pinggang cowok itu. "Ih, Laskar! Bisa stop nggak bercandanya? Inget, lo tuh lagi sakit."
"Udah nggak, kok. Soalnya pas liat muka lo, sakitnya langsung sembuh."
Kazuma tidak tahu Laskar belajar menggombal seperti ini dari siapa. Yang jelas, ucapan cowok itu berhasil membuat Kazuma menahan senyumannya dan berusaha semaksimal mungkin agar salah tingkahnya tidak ketahuan.
"Muka gue bukan obat, Las. Mana bisa sembuh kalau cuma sekedar diliatin doang."
Kazuma meraih obat merah dan kapas di dalam kotak P3K yang berada di atas meja, lalu mulai mengobati luka yang ada di pelipis cowok itu.
"Iya, emang bukan. Soalnya muka lo tuh kayak apotek tutup, nggak ada obat. Cantik bangettt."
Kazuma baru saja ingin membersihkan luka di pelipis cowok itu, tapi pergerakannya langsung terhenti karena ucapan Laskar barusan. Apalagi saat ini pandangan mereka saling bertemu.
Laskar malah tersenyum manis hingga kedua matanya menyipit. Kazuma yang tidak biasa ditatap, jadi makin salah tingkah.
"Lo bisa merem aja, nggak?"
Tapi bukan Laskar namanya jika semakin dilarang tidak semakin bertingkah. Cowok itu bukannya berhenti menatap, malah menopang dagu dengan kedua tangannya dan tatapan yang terus mengarah pada Kazuma. "Kenapa? Lo salting?"
"Mata lo tutup atau gue nggak jadi ngobatin lukanya?" Kazuma menatap Laskar dengan tatapan datar, tapi dibalik sikapnya yang mendadak dingin, sebenarnya Kazuma sedang menahan degub jantungnya. Ia berusaha bersikap biasa saja walau Laskar terus menggodanya.
"Aduh, jangan dong. Oke deh, kalau gitu gue tutup mata." Laskar menyederkan punggungnya ke sofa dan membiarkan Kazuma mengobati lukanya.
Gio hampir saja tersedak melihat adegan tersebut. Kue ulang tahun yang semula terlihat enak mendadak menjadi hambar ketika melihat Kazuma dan Laskar tengah berduaan di tengah ruang tamu.
"Kue ini mendadak pahit kayak muka lo, Yan," celetuk Gio pada Brian yang berdiri di sampingnya.
Brian menatap Gio dengan pandangan melirik ke samping. "Ngomong apa lo barusan? Bilang aja lo iri karena nggak bisa di posisi Laskar, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
831 Kazuma
Teen Fiction[Completed]✔️ "Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang" ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN⚠️ ⚠️BERANI PLAGIAT? KITA BERURUSAN DENGAN JALUR HUKUM⚠️ *** Untuk melupakan seseorang di masa lalu, Kazuma mencoba membuka hati lagi kepada seseo...