Laskar itu baik. Setiap hari, dia selalu menanyakan sesuatu pada Kazuma yang mungkin menurut orang lain sepele, seperti; gimana hari ini? Ada cerita apa hari ini? Apa yang buat lo senang atau sedih? Tadi kegiatannya seru nggak?
Sebuah perhatian kecil yang sederhana, tetapi tidak semua orang bisa mengerti
Tetapi sayangnya, semua itu sudah berakhir, hanya tersisa kenangannya saja. Memori-memori indah itu seolah menggerogoti pikiran Kazuma yang merindukan kehadiran seseorang yang selalu membuatnya aman.
Seseorang yang selalu berada di sampingnya. Menjadi penopang ketika tubuhnya hendak tumbang. Menjadi telinga ketika pikiran minta didengarkan. Hingga menjadi payung ketika hujan turun. Semuanya menjadi satu padu hingga suatu saat menjadi lenyap seperti kepulan asap di malam hari. Hilang dan pergi.
Sebelum Laskar benar-benar dimakamkan, Altez sebagai seorang ayah ingin menepati janjinya untuk menyolatkan Laskar di hari pemakaman itu. Walau air mata tak bisa terbendung, Altez tetap maksakan diri. Ia ingin mewujudkan permintaan anaknya yang selama ini tidak pernah ia kabulkan satu pun.
Sholat jenazah pun dilaksanakan, beberapa jemaah juga ikut menjadi makmum. Setelah selesai, barulah semua orang bersiap-siap untuk mengantarkan jenazah menuju tempat peristirahatan terakhir.
Kazuma beberapa kali mengigit bibir bawahnya, mencoba mengikhlaskan seseorang yang ia sayang bukanlah hal yang mudah. Gio yang melihat Kazuma terus menangis---jadi ikut merasakan sakit. Laskar sahabat Gio, ketika ia pergi---Gio juga tak kalah sakitnya merasakan kehilangan.
Ketika Laskar sudah selesai dimakamkan, Kazuma melihat gundukan tanah yang sudah ditaburi bunga. Ia berjongkok dengan air mata yang terus membanjiri pipinya. Kehadiran Laskar hanya sebentar, tetapi meninggalkan kenangan yang banyak.
"Laskar." Kazuma terus memanggil nama cowok itu seraya menangis.
"Laskar..."
"LASKAR!"
Bruk!
Kazuma memegang kepalanya yang terbentur sisi nakas. Ia langsung terbangun dari tidurnya ketika ia merasakan tubuhnya terjatuh. Dengan kondisi masih setengah sadar, Kazuma membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk. Pandangannya mengedar berusaha menyadarkan apa yang telah terjadi pada dirinya.
"Jadi, yang tadi ... cuma mimpi?" Kazuma melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam yang mana artinya acara pesta ulang tahun Kazuma akan segera di mulai.
"Laskar?" Kazuma terdiam sejenak. "Itu tadi cuma mimpi, 'kan? Laskar nggak beneran meninggal, 'kan?" tanyanya masih tidak percaya.
Kazuma langsung menghela napasnya. Bagaimana bisa ia merindukan Laskar sampai memimpikan cowok itu? Apalagi Kazuma memimpikan Laskar meninggal. Kazuma tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi.
Kazuma mengumpulkan nyawanya seraya merenungkan perasaannya. Entah ada hidayah dari mana, tiba-tiba pikiran Kazuma tertuju pada satu hal. Ia baru menyadari itu dari sekian lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
831 Kazuma
Teen Fiction[Completed]✔️ "Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang" ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN⚠️ ⚠️BERANI PLAGIAT? KITA BERURUSAN DENGAN JALUR HUKUM⚠️ *** Untuk melupakan seseorang di masa lalu, Kazuma mencoba membuka hati lagi kepada seseo...