"Udah, Kaz, jangan dipikirin terus. Teman nggak cuma mereka, lagian lo masih punya gue, masih ada teman lo juga yang cewek, siapa tuh namanya? Ananta, ya?" tanya Laskar pada Kazuma yang sedang menangis terisak memeluk kedua lututnya di samping tempat tidurnya.
Laskar mengusap pundak Kazuma mencoba menenangkan gadis itu, tetapi tangisan Kazuma tak kunjung reda. Seolah luka yang baru saja diberikan oleh sahabatnya---sangat mendalam.
"Las, gue nggak minta mereka buat balas kebaikan gue, tapi setidaknya jangan jadi orang jahat. Gue sedih banget, Las, ketika gue butuh kehadiran mereka sebagai sahabat gue, mereka justru malah pergi," ucap Kazuma dengan suara bergemetar.
Laskar memandangi kedua mata Kazuma yang sudah membengkak, wajahnya memerah, dan kedua pipinya penuh dengan air mata. "Lo keliatan sayang banget sama mereka, sampe nggak berhenti nangis kayak gini."
Laskar jadi teringat perjuangan Kazuma yang ingin membela serta menyelesaikan permasalahan temannya. Laskar ingat sekali ekspresi wajah Kazuma yang begitu tulus ketika ingin membantu temannya. Tapi, ternyata perjuangan gadis itu justru hanya dimanfaatkan oleh mereka, terlebih lagi sekarang Kazuma juga dikhianati oleh sahabatnya.
"Seharusnya yang nangis bukan lo, Kaz, tapi mereka. Seharusnya mereka yang nyesel karena udah ngebuang sahabat setulus lo, orang yang suka merhatiin hal-hal kecil, orang yang selalu ada, dan berani membela temannya sendiri."
"Seharusnya mereka yang rugi, karena sahabat kayak lo nggak akan datang dua kali. Mereka sama-sama pengkhianat, jadi cocok kalau digabungin. Beda sama lo yang benar-benar tulus, lo nggak pantes berteman sama mereka."
Ucapan Laskar seolah membius pikiran Kazuma. Entah kenapa seluruh ucapan yang Laskar lontarkan membuat hati Kazuma perlahan menjadi tenang, tangisannya jadi mereda.
"Jadi, gue nggak salah, ya, ninggalin mereka?" Kazuma mendongkak dan menatap Laskar dengan tatapan berkaca-kaca.
Laskar menggeleng dengan senyuman yang terulas di bibirnya. "Nggak, lo juga pantas bahagia. Berani ninggalin orang yang membuat lo sakit adalah keputusan yang tepat. Memangnya lo mau terus-terusan mendam semuanya sendirian sementara mereka nggak mikirin perasaan lo?" Kazuma menggeleng. "Makanya, mending lo tinggalin mereka. Gue rasa ucapan Shania yang lo ceritain ke gue tadi---ada benarnya juga. Lo harus tegas sama perasaan lo sendiri."
Kazuma mengigit bibir bawahnya, lalu sedetik kemudian mengusap air matanya sendiri. Benar kata Laskar, seharusnya ia tidak menangis karena yang rugi bukan dirinya, melainkan sahabatnya sendiri. Mungkin Tuhan tahu kalau sahabat Kazuma bukanlah orang baik, makanya Tuhan menunjukkan segala kejahatannya agar Kazuma bisa berani meninggalkan mereka. Mungkin saja Tuhan juga tahu, kalau ada perkataan yang menyakitkan yang tidak Kazuma dengar dan menjauh dari mereka adalah keputusan yang tepat.
"Las, lo baik banget. Makasih, ya, udah jadi penasihat terbaik setelah Bunda. Gue bersyukur bisa dipertemukan dengan orang sebaik lo." Kazuma mulai mengukir kembali senyumannya setelah sekian lama menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
831 Kazuma
Teen Fiction[Completed]✔️ "Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang" ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN⚠️ ⚠️BERANI PLAGIAT? KITA BERURUSAN DENGAN JALUR HUKUM⚠️ *** Untuk melupakan seseorang di masa lalu, Kazuma mencoba membuka hati lagi kepada seseo...