episode 82 ÷menolak jatah÷

1.7K 283 80
                                    

《¿》
Jenlisa










Point of view lisa:

Aku selalu memikirkan ini. Memikirkan bibir jennie.

Tau apa yang aku pikirkan?

Aku berfikir jennie selalu berciuman dengan jisoo. Dan semakin memikirkan itu aku semakin kesal saja. Mungkin mereka juga melakukan hal yang lebih dari ciuman. Sungguh mustahil itu tak terjadi bukan? Mereka tinggal serumah dan memiliki ikatan cinta. Sama aku aja yang ga jelas statusnya sering melakukan hal intim, apalagi yang jelas statusnya.

Ah, sebal....


Aku menghindar dari ciuman yang lebih intens. Aku tak ingin melakukannya lagi. Karena ini akan membuatku kesal.

"Kenapa?" Dia bertanya, sepertinya dia menyadari saat aku menghindar

"Kita tak seharusnya melakukan ini lagi" ucapku memberi pengertian padanya

"Kenapa?" Tanya nya seperti bingung

"Karena kebutuhan mu sudah terpenuhi oleh jisoo"

Aku membahas soal kebutuhan sex, dia pasti paham apa yang aku ucapkan

"Lalu kebutuhan mu?" Tanyanya.

Dia memberi jarak tubuh sekarang, tidak terlalu mepet seperti tadi

"Apa kau sudah mendapatkannya dari orang lain" Tanyanya.

Apa apaan itu mata ko tajam banget, kaya kucing garong. Apa dia mau mengintimidasi aku?

"Mungkin dari rosie, atau mungkin dari sooyaa" ucap nya.

Apa apaan sih dia maen nuduh aja. Aku ga segitunya ya, aku bisa mengendalikan syahwat ku.

Sejujurnya aku tak memiliki nafsu selain padanya.

"Tidak, dan aku bisa mengatasi nafsuku" ucap ku jujur.

Dia memicingkan matanya.

"Benarkah?" Tanya nya seolah tak percaya

"Mungkin itu kamu" ucapku membalik keadaan

"Maksudmu?" Tanya nya.

"Kau tidak bisa mengendalikan nafsumu" ucap Ku

Dia melotot padaku

"Tapi itu tak masalahkan sekarang. Ada jisoo yang bisa memberi kebutuhan sex mu" ucapku

Dia terlihat sangat kesal. Kenapa kesal coba?. Bukankah yang aku katakan benar.

Dia bergerak cepat. Memegang bisep ku dengan tangannya. Kurasakan kukunya menancap disana.

Dia mencium leherku.
Ah bukan hanya mencium, tapi menggigit. Kemudian menyedot.

Oh itu bibir atau vakum clener. Kenceng amat sedotannya.

Aku kesal ke diri aku sendiri. Kenapa aku kehilangan tenagaku untuk mendorongnya.

Dia mengalungkan kedua tangannya dileherku. Hingga aku menunduk.

Lagi, aku hanya diam saat dia melumat bibirku.

Dia melepas bibirnya dari bibirku. Kemudian berbicara dengan sangat pelan. "Balas ciumanku, jangan buat aku merasa diriku sebagai pelacur"

Mendengar penuturannya aku merasa sangat bersalah.
Aku menciumnya, tak peduli jika itu bekasnya jisoo. Aku tak ingin jennie punya pikiran seperti itu. Dia bukan pelacur.

Bukan sama sekali.

Aku membaringkannya diSova dan menciumnya.

Dia meraih tanganku yang kini bertengger dipinggangnya. Mengarahkan kearah vaginanya.


Sebelum semuanya terlalu berlebihan. Aku menahan tanganku yang hampir menyentuh vaginanya.

Dia menghentikan gerakan bibirnya. Memberi jarak kemudian menatap ku, tatapan tanya yang bisa ku artikan dari wajahnya.

"Aku tidak bisa melakukannya lagi. Kau bisa dapatkan dari jisoo" ucapku.

Dia melepas tangannya dari tanganku.

Ku lihat dia menelan ludah nya.

Apa dia kesal padaku?

Sepersekian detik dia mengecup bibirku. Kemudian tersenyum dan berkata "aku paham"

Dia mendorong tubuhku perlahan menjauh darinya.

Dia duduk dan merapihkan pakaiannya.

Aku merasa ini tak baik, feeling ku mengatakan ada hal yang tidak enak yang jennie rasakan.

Aku meraih tangannya.

"Jennie, kebutuhan sex mu sudah terpenuhi. Jangan memikirkan kebutuhan sex ku. Aku akan baik baik saja tanpa itu. Aku hanya melakukannya dengan mu saja. Sebelum dan setelah itu aku baik baik saja" ucap ku

Dia pasti paham apa yang aku ucapkan. Karena dia tau sebelum melakukan sex dengannya, aku hidup biasa tanpa sex.

"Benarkah? Bisa kah aku percaya kau tak melakukannya dengan yang lain" ucap nya

"Aku tak punya keinginan untuk melakukan itu dengan siapapun" ucap ku.

Aku hanya ingin melakukannya dengan dirinya. Hanya jennie yang mau aku sentuh. Aku tak berminat menyentuh orang lain selain dirinya.


Jennie mengelus pipiku dan tersenyum kemudian beranjak dari sova.

"Ayo tidur" ucapnya. Kemudian keluar dari kamarku.



Aku menarik nafas dalam dalam. Ini malam Jum'at yang berbeda. Dua Jum'at kami lewati tanpa sex. Bukan jennie tak menawarkan, namun kita menstruasi di pekan yang berbeda.

Tak akan lagi ada sex di malam Jum'at, aku akan mengakhiri kegiatan itu. Untuk kebaikan bersama.











Seperti niatku sejak awal. Malam ini aku mau tidur dengan kesayanganku.

Aku membuka perlahan pintu kamar eugene.

Dia sudah terlelap.

Malaikat kecilku sungguh menggemaskan. Aku selalu rindu padanya.





Aku berbaring perlahan dikasurnya, takut kalau dia bangun.

Aku memeluknya dan mencium pipi nya pelan. "Aku rindu sayang" ucap ku dalam hati.

Baru saja memejamkan mata. Aku sadar kalau ada yang masuk kamar.

Aku menoleh ke arah pintu. Ternyata itu jennie.

Ya tentu saja jennie, karena tak ada orang lain lagi selain kami bertiga di rumah ini.

Dia berbaring dibelakangku. Aku otomatis menggeser tubuhku merapat pada eugene.

Ah ini tidak mudah. Jennie pasti kebagian tempat sedikit.

"Bentar, aku geser dulu eugene nya" ucapku.

Dia melepas tangannya dari pinggang ku.

Aku duduk dan menggeser pelan eugene kepinggir dekat dinding. Kemudian rebahan ditengah kasur. Jennie kembali memelukku

Ah. aku sungguh merindukan ini. Tidur bertiga itu sangat nyaman.

Lisa pov end.











Semenjak ada jisoo, lisa ga mau nerima jatah sex dari jennie. Dan jennie sadar mungkin lisa jijik sama dia.

Mungkin sex tidak dilakukan tapi jennie tentu tak tahan jika tak mencium lisa. Mereka selalu melakukannya jika ada kesempatan. Dan sejauh ini. Selalu jennie yang maju duluan.













To be continue °•~

Rabu 15-03-2023
18:23

singleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang