*****
Kemudian dengan tertatih, Mickayla melangkahkan kedua kakinya, pulang menuju rumah yang bila ditempuh dengan berjalan, membutuhkan waktu selama 30 menit.
"Micka harus sabar jika ingin pintar... Micka harus sabar jika ingin membuat bangga Papa Moren, Mama, dan Kakek... Micka harus sabar jika ingin pintar... Micka harus sabar jika ingin membuat bangga Papa Moren, Mama, dan Kakek..." gumamnya terus secara berulang pada dirinya sendiri di tengah kesibukannya menghapus air mata.
*****
Akibat kakinya yang pincang, perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh 30 menit,- 45 menit berjalan Mickayla baru bisa menempuh 3/4 menuju rumah.
Kini ia sedang berjalan menyusuri perkebunan sebelum mencapai rumahnya. Mickayla menghentikan langkahnya, kala melihat Karen dan gengnya tengah duduk-duduk di atas rumput sedang mengobrol.
Apa yang harus dilakukannya sekarang?! Batinnya bertanya. Mickayla memutar kepalanya ke belakang, balik kanan mengambil jalan lain agar tidak perlu melewati mereka tapi itu membutuhkan waktu yang lebih jauh lagi menuju rumah. Mickayla menghela napas beras,- seharusnya ia mengingat kalau jalan yang akan dilaluinya sekarang adalah lokasi favorit teman-temannya itu bermain.
Jika Mickayla memutar jalan kembali ke jalan utama, ia tidak yakin kakinya akan mampu melakukan.
'Ya, Tuhan, tolong Micka... Micka lelah, kaki Micka sakit, Micka lapar, Micka tidak ingin bertemu mereka setidaknya untuk sekarang...' doanya berkeluh kesah dalam hati.
Pun Mickayla mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Dan seketika matanya melebar ketika Karen, Conny, dan ketiga temannya, yang diantaranya dua orang laki-laki, salah satunya Jay teman sekelasnya,- sudah berdiri dari duduknya, menatap ke arahnya sambil berkacak pinggang.
Secara perlahan, Mickayla memundurkan langkahkan ke belakang, dan....
Mickayla memutar badan cepat ketika melihat 5 orang anak itu berlari ke arahnya. Pun Mickayla berusaha melarikan kedua kakinya sekuat tenaga, menghindari mereka. Tapi,-
"Aww... Sakiiitt..." pekik Mickayla memegangi rambutnya yang dijambak dari belakang oleh salah seorang anak laki-laki dari geng itu bernama Tomo, kakak kelas Mickayla.
"Lepasin..., salah Micka apa sama kalian...?!!" protesnya mulai menangis. Kali ini Mickayla benar-benar sudah merasa lelah dengan perlakuan mereka. Mickayla tidak tahan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Tenaganya sudah terkuras habis untuk hari ini.
Bhukk!!
Mickayla tersungkur, dengan posisi tengkurap karena Tomo mengempaskan kepalanya ke depan.
"Aduhhh..." gaduhnya di tengah isak tangisnya. Mickayla langsung bangun, tapi ketika bersiap berdiri, tubuhnya dihempas sampai terduduk kembali di rumput.
"Kami hanya tidak suka padamu saja,- tidak ada yang suka padamu di desa ini. Kau itu anak bau, anak haram, ibumu diperkosa karena terlalu nakal, dan gantung diri. Kau dan ibumu sangat memalukan!"
"Sudah Micka bilang Mama tidak gantung diri, mama juga tidak nakal,-"
"Diam! Jangan melawan!" Karen menoyor kepala Mickayla, diikuti oleh yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE [Spin-off SKYGGEN]
RomanceMoren Izackson, pria yang memiliki kehidupan yang sangat bebas 'tidak sengaja' menghamili salah satu wanitanya, Silvia Neilson. Enggan bertanggung jawab, pun pria itu memberikan sejumlah uang pada wanita itu sebagai kompensasi, berharap wanita itu t...