"Sekarang kita pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kakimu."
Tapi kemudian Moren yang menyadari Mickayla berjalan mengekori dari belakang, segera memelankan laju jalannya seraya menarik satu tangannya dari punggung Daisy, memberi isyarat menggunakan gerakan tangan pada Mickayla agar segera menyusul. Pun Mickayla yang mengerti segera berlari dan berjalan di samping Moren sembari menggenggam tangan papanya itu. Dan Mickayla langsung tersenyum lebar kala Moren membalas genggaman tangannya, menuntunnya menuju mobil.
*****
"Bergabunglah bersama kami, daripada kau di sini sendirian." ajak Jims, teman dari Arne.
"Tidak, terima kasih, aku di sini saja." tolak Daisy, menggeleng halus.
"Sudahlah, jangan dipaksa." tukas Arne memotong Jims yang akan membuka mulut, melayangkan desakkannya pada Daisy, gadis yang ditaksirnya.
Daisy mengalihkan tatapannya pada Arne, melengkungkan tipis kedua sudut bibirnya. Menganggukkan kepala sebagai ucapan terima kasih atas pengertian Arne. Arne balas mengangguk, lalu menepuk punggung kawannya itu, mengajaknya untuk segera beranjak.
"Ya sudah, tapi kalau bosan sendirian kau tinggal menghampiri, okay?"
Daisy hanya menipiskan bibir ala kadarnya sebagai respons. Pun rombongan anak-anak kelas 3 berjalan menuju meja tempat duduknya di kantin. Daisy fokus kembali pada makan siangnya, salad.
Matanya teralih pada bangku anak-anak kelas 1, di mana di sana sedang terjadi kehebohan. Archer tengah berulang tahun dan anak itu membagikan anting emas untuk masing-masing teman-teman perempuannya (kecuali Daisy, tentu saja) dan jam tangan untuk teman-teman laki-lakinya. Setiap tahunnya, setiap berulang tahun anak itu memang royal.
Tahun sebelumnya Daisy dan teman-temannya yang lain mendapatkan gelang emas. Gelang itu masih Daisy simpan dengan baik.
Sembari mengunyah, Daisy memerhatikan Archer yang tengah memasangkan anting pada sepasang telinga milik Mickayla. Kedua anak itu terlihat sangat semringah, bahagia, dan semakin akrab.
Tiba-tiba Archer naik ke atas meja, bertepuk tangan meminta perhatian seluruh anak-anak di Kantin.
"UNTUK TEMAN-TEMANKU, AKU HARAP KALIAN BISA HADIR DI PERAYAAN ULANG TAHUNKU BESOK MALAM. INGAT, UNDANGAN INI HANYA BERLAKU UNTUK TEMAN-TEMANKU!!! YANG MERASA BUKAN TEMANKU, JANGAN HADIR, OKAY!!"
Daisy menelan saladnya, lantas meraih tongkatnya. Berjalan tertatih, keluar dari kantin.
***
"Jadi kau sudah tidak nyaman lagi tinggal bersama keluargamu?" tanya Winnie pada Daisy. Daisy mengangguk sembari memakan pie apel yang diberikan oleh Kepala Sekolah itu.
Ya, selepas dari kantin tadi, Daisy memilih menghampiri Kepala Sekolah untuk sekedar berbincang, menghabiskan masa istirahat. Ia juga merasa bosan jika membaca buku terus.
"Aku juga sudah tidak nyaman di sekolah."
Winnie menatap prihatin anak di depannya itu. "Tapi kau harus bertahan, sebentar lagi kenaikan kelas."
"Setelah aku naik kelas, aku ingin pindah."
"Kenapa?! Jika kau pindah, Mises, dengan siapa lagi harus berbincang? Kau satu-satunya murid yang Mises sukai."
Daisy tersenyum tersipu. Ia merasa senang dan bangga pada dirinya sendiri, bisa sangat disukai oleh Kepala Sekolahnya yang terkenal sangat galak itu.
"Apa kau bisa memecat Ms. Pelo?" ungkapan Daisy untuk kesekian kalinya. Winnie menghela napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE [Spin-off SKYGGEN]
RomanceMoren Izackson, pria yang memiliki kehidupan yang sangat bebas 'tidak sengaja' menghamili salah satu wanitanya, Silvia Neilson. Enggan bertanggung jawab, pun pria itu memberikan sejumlah uang pada wanita itu sebagai kompensasi, berharap wanita itu t...