; adam dan hawa

3.5K 185 12
                                    

Pukul 8 pagi, Hema sudah disibukkan oleh Revisi Proposal. Meski ia ketua himpunan, tetap saja ia harus ikut andil. Masalahnya teman teman yang lain pada tidak bisa mengejar deadline hari ini. Pukul 11 nanti ia sudah harus bertemu pemilik perusahaan yang diyakini akan menerima proposal mereka. Hema Lingga Permana, Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen.

Awalnya saat semester 2 tahun lalu, ia ogah ogahan untuk mencalonkan diri sebagai ketua himpunan. Namun saat dibujuk oleh Gista, Hema langsung mengiyakan. Hema yang awalnya tidak tahu harus bagaimana dalam memimpin setelah seiring berjalannya waktu, ia mampu untuk memimpin HMM UI. Kini tepat 1 tahun masa jabatannya, kurang lebih 3 bulan lagi waktunya mereka demisioner.

Dan program terakhir yang mereka kerjakan adalah Seminar Manajemen Keuangan untuk mahasiswa tingkat akhir untuk bekal skripsi mereka. Jujur saja bagi Hema situasi dikejar deadline seperti ini adalah hal yang tidak ia sukai. Bisa bisanya CEO itu malah mengirim revisian tengah malam tadi dan ditunggu sampai pukul 11 nanti.

Untungnya di ruangan sekretariat ini tidak ada siapa siapa, hanya ada Hema saja. Setidaknya ia bisa berkonsentrasi sebentar.

Pintu sekretariat bergeser, muncullah seorang gadis dengan rambur panjang yang di gerai, baju kemeja berwarna biru kotak kotak dengan 1 cup kopi Caramel Latte.

Renata terperanjat saat melihat Hema yang fokus pada laptopnya, ia kira di ruangan sekretariat tidak ada siapa siapa.

"Ngapain?"

Hema hanya melirik sekilas kemudian fokusnya kembali ke laptopnya, "Nggak liat gua lagi sibuk?"

Renata menghela napas dan berjalan menuju meja dipojok ruangan. Ia menyimpan tasnya dan membuka buku tebalnya untuk melihat apa saja agendanya hari Jumat ini. Kedua matanya langsung terarah kepada barisan pertama yang tertulis pergi bersama Hema ke pak Gyan untuk proposal.

Baginya, membaca nama Hema saja ia sudah malas. Lalu ia menutup bukunya dan memasukannya lagi ke tas ranselnya. Dia diam beberapa menit sambil mengetuk ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Tampaknya gadis itu tengah menimbang-nimbang akan apa dia saat berada didalam mobil Hema nanti.

Hema masih terfokus pada laptopnya, mungkin sebentar lagi selesai hanya mengedit RAB saja. Namun konsentrasinya buyar saat mendengar suara berisik dari tempat Renata.

"Na! Diem."

Hema hanya berkata dua kata namun sedikit menekan dan Renata sudah dibuat diam. Renata mendengus sebal, maka ia langsung mengeluarkan ponselnya untuk mengecheck timeline burung biru, siapatau di menfess kampus ada yang sedang viral. Lagi pula Hema tidak meminta bantuannya, dan Renata sendiri sudah menebak jika ia menawarkan diri membantu pasti Hema akan menolaknya.

Berada didalam ruangan bersama Hema dan hanya berdua membuat Renata mendadak canggung dan rasa dongkolnya bertambah. Renata sendiri tidak berselera untuk sekedar berbasa basi kepada Hema untuk menawarkan minum atau makan, Renata memilih untuk sibuk dengan ponselnya.

Berselang 1 jam 30 menit, pemuda di dekat pintu itu merenggangkan otot otot pinggangnya dan menjauhkan laptopnya dari pahanya. Ia menghela napas dan langsung membawa laptopnya ke tempat printer. Rupanya Proposalnya sudah selesai ia revisi jadi lebih baik ia langsung print saja dan dijilid di depan, nanti langsung berangkat ke Perusahaan pak Gyan.

"Nggak ada kelas?"

Renata masih tidak sadar jika Hema bertanya kepadanya.

Hema mengambil hasil printnya dan ia masukan kedalam map cokelat, "Na? Nggak ada kelas?"

Renata langsung mengunci ponselnya dan mendongak ke arah Hema yang tengah sibuk memasukan hasil print proposal tadi, "Lo nanya gue?"

Hema mendengus sebal, menghembuskan hawa panas di ruangan ini kemudian dia menggendong tasnya. "Cepet berangkat atau gue kunci disini!" Kemudian Hema berlalu.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang