; hancur

824 72 12
                                    

"Udah matiin, Jev--"

Renata merebut ponsel Jevan dari sang pemilik.

Jevan merutuki dirinya, keterbiasaannya yang ceroboh ini membuat hubungan temannya menjadi semakin berantakan. Tadi, niatnya hanya ingin Renata mengetahui percakapannya di telpon dengan Hema yaitu dengan menloudspeakernya. Ternyata caranya salah.

Jevan menatap Renata yang tengah menatap ponsel Jevan dengan sorot mata nelangsa. Sudah 30 menit berlalu mobil Brio milik Jevan terparkir di pom bensin jalan Braga. Dan sudah 30 menit lamanya Renata menangis. Entah sudah berapa kata maaf yang terucap dari bibir manis si pemilik nama Jevano Mahardika dan Renata selalu menjawab nggak papa.

Jawaban Renata yang selalu bilang baik baik saja membuat hati kecil Jevan tersentil. Ia tahu jika wanita disebelahnya ini tak akan pernah baik baik saja apalagi hal itu tentang Hema. Kesalah pahaman sore itu sudah diklarifikasi oleh Jevan, tapi sialnya Renata tidak mempercayai itu.

Renata mengembalikan ponsel Jevan kepada si pemilik, "Jev, gue udah nggak tahu harus percaya sama siapa." Lirih Renata.

Jevan menghela napas panjang dan menerima ponsel itu dari tangan Renata, namun tiba tiba ia menarik Renata kedalam pelukannya. Jevan mengelus punggung rapuh si wanita itu dan tanpa diduga Renata menangis semakin kencang. Air matanya turun lagi karena hatinya terasa seperti dicabik cabik. Cobaan demi cobaan hari ini datang tanpa mengucapkan permisi padanya.

Renata ini rapuh, mendengar Hema bicara seperti itu membuat hati Renata semakin hancur. Awalnya Hema menghancurkan hatinya, namun ia kembali dan mengembalikan semuanya. Dan sekarang? Tanpa diduga semua itu hanya skenario dari Hema untuk menghancurkan hatinya.

Renata melepaskan pelukannya dan ia terkekeh, "Hema hebat ya? Berhasil bikin gua jatuh lagi! Ini lebih sakit loh! Rencana Hema berhasil buat mainin gua, Jev." Ucapnya.

Tangan Jevan bergerak menghapus air mata itu. Ini murni insting seorang laki laki yang melihat seorang perempuan menangis. Bukan maksud apa apa. Memang dulu Jevan pernah berencana untuk mendekati Renata, namun ia menyerah karena Renata tidak pernah membalas perasaannya. Awalnya memang Jevan berencana mendekati Renata kembali, namun setelah Jidan bercerita jika Renata kembali bersama Hema, ia urungkan niatnya.

Jika semua ini murni rencana Hema tanpa mau Hema ubah, mungkin akan lain cerita.

"Nggak gitu, Nataaaa! Kan gue bilang--Hema itu awalnya emang mau bales dendam ke elu. Tapi setelah dia tahu dalang semuanya adalah Riyu, dia mau sungguh sungguh perjuangin elu!" Ucap Jevan yang setengah frustasi.

Jevan sudah beberapa kali menegaskan jika Hema tidak membalas dendam pada Renata. Tetapi dasarnya Renata sulit percaya, dia terus bertanya tentang hal itu. Jevan semakin bersalah kala melihat sorot mata Renata yang menegaskan jika ia kecewa pada semuanya.

Disana menjelaskan jika Renata sungguh sungguh hancur. Andai saja Renata tahu jika Hema sendiri menolak perjodohan itu karena ia sudah jatuh cinta lagi pada Renata dan itu akan selalu Renata.


°°°


"Tante--aku nggak perduli berapapun uang yang tante pakai buat semuanya. Pokoknya aku cuma minta hakku!" Tegas Renata, final.

Perdebatan antara Renata dan Ila membuat Ajeng menangis dan Om Surya tidak bisa berbuat apa apa. Renata memang tak memiliki bukti, tapi dia bisa melacak kemana uang itu mengalir dan itu bisa menjadi salah satu bukti untuk menjebloskan mereka ke dalam jeruji besi. Tentunya Surya tidak mau itu terjadi, bagaimanapun ia memikirkan Ajeng.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang