Pukul 7 malam tadi, Renata sudah sampai di depok. Dia memilih untuk singgah di apartement Gista saja. Dia tidak mau jika dia sendiri, dia akan merasa sendirian di kossan. Renata memilih menjauhi kesendirian itu dan memilih mencari teman. Pukul 2.30 malam, Renata sudah terlelap. Gista masih terjaga, katanya sih Gista sedang menuntaskan drama korea. Tak tahu lah, Renata tidak mengerti. Renata hanya mencintai Jung Jaehyun NCT saja, tidak dengan aktor aktor drama korea.
"Aduh! Gis! Ini jam berapa hah? Lo bangunin gua jam setengah 3 buat ap--"
"Ada Hema diluar."
Mendengar nama Hema disebut, kedua mata Renata terbuka sempurna. Ada banyak kilasan masalalu yang menyakitkan mendorong ingatannya untuk diingat. Luka dimasa lalu saja belum sembuh betul, ditambah luka baru yang digoreskan Hema padanya membuat hatinya kembali lebam membiru.
"Bilang aja gue udah tidur."
Renata benar benar kalut.
Gista yang tidak tahu akar permasalahannya ini nurut nurut saja pada Renata. Renata menarik selimutnya sampai menutupi tubuhnya. Gista tahu jika sudah seperti ini Renata tidak mau diganggu, mungkin Renata sudah lelah. Gista menghela napas dan keluar kamarnya.
Disana, Jevan tengah duduk bersandar disandaran sofa dan Hema berdiri didepan pintu kamar. Begitu Gista keluar seorang sendiri, tersirat raut wajah kecewa dari Hema.
Gista menghela napas panjang, "Renata tidurnya nyenyak banget, gue nggak tega buat banguninnya. Hema, ada apa lo dan Jevan kesini malem malem buta gini?"
Jevan bangkit dan langsung menarik Hema untuk pulang. Gista memperhatikan pernampilan Hema sangat berantakan, ada satu bagian yang menyita perhatian Gista. Gista menarim tangan Hema, dia menyentuh sudut bibir Hema yang berdarah.
"Lo abis tubir? Sama siapa?" Gista menampar pelan pipi kanan Hema dan siempunya meringis.
"Main main kecil aja--"
"Luka lo obatin dulu!"
Baru saja Gista hendak kembali ke dalam kamar guna mengambil kotak P3K, namun tangannya di cegah oleh Hema. "Nggak usah."
"Nanti lo infeksi."
"Nggak pa-pa, paling juga mati--"
Plak.
Lagi lagi ucapan Hema membuat Jevan naik darah. Jevan tidak suka jika temannya seperti ini, ada masalah jalan pintasnya bukan mati melainkan menyelesaikannya. Jika seperti itu sama saja namanya menghindar dari masalah.
"Mau gua tonjok lagi bibir lo?"
Mendengar ucapan Jevan, Gista terkejut. "Ini kalian ribut tadi? Heh kenapa?"
Keduanya diam. Keduanya tidak ada yang menjawab pertanyaan Gista. Jevan memilih diam karena ini bukan ranahnya untuk menjelaskan, dan Hema diam karena ia rasa Gista tidak perlu tahu masalah pribadinya. Keterdiaman mereka membuat Gista tersadar jika ada yang tidak beres antara Renata, Hema dan Jevan.
"Apa ada hubungannya sama Nata?"
Hema menghela napas berat, "Gue pulang aja. Bilangin ke Renata, tolong balas chat gue. Tolong ya, Gis?"
Gista hanya mengangguk.
Hema memilih untuk keluar apartement terlebih dahulu dan setelah Jevan menenangkan Gista bahwa semua baik baik saja, barulah Jevan keluar. Ada perasaan menyesal pada diri Jevan karena kebiasaannya yang lupa menutup panggilan dan menjawab panggilan dengan fitur loudspeaker. Namun itu semua pun tidak semuanya salah Jevan.
Penyesalan memang datang belakangan. Itu yang dirasakan oleh Hema dan Jevan, jika saja Hema tahu lebih awal akan rencana Riyu mungkin saat ini dia masih bersama Renata. Riyu sudah beberapa kali menghubunginya dan Dery pun sama, namun Hema tidak ada selera untuk menjawab panggilan dari keduanya. Mood Hema sangat berantakan dan jika dia bicara dengan Riyu, yang ada Hema akan meluapkan kekesalannya pada Riyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable | Lee Haechan ✔️
FanfictionDibalik sikap profesionalitas Hema dan Renata, ada hal tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Diluar Himpunan mereka seperti saling menghunuskan pedang karena kejadian masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, semua melunak. Sampai Renata berfik...