Langit sudah berubah warna menjadi abu abu, semilir angin menabrak tubuh ramping Renata. Perlu Hema akui, Renata dilihat dari belakang saja sudah cantik. Hema sampai keheranan kenapa Renata terakhir pacaran itu pas semasa SMA saja? Oh, Hema tidak tahu saja jika Renata ini banyak sekali yang dekati, namun Renata sendiri yang tidak mau membuka hati. Jangan tanyakan lagi kenapa, Hema sendiri sudah tahu jawabannya.
Kisahnya dulu dengan Renata tidak ada yang tahu kecuali Jidan dan Jevan saja. Teman teman himpunan lain bahkan teman temannya di kampus pun tidak tahu jika Renata adalah pacar Hema yang hilang.
Hema masih setia berjalan dibelakang wanita itu dan sesekali mengambil foto Renata dari belakang. Hema tersenyum riang melihat foto Renata yang dia ambil ini, senang rasanya bisa dekat lagi dengan sang mantan. Emm--bisa kali ya sekarang Hema memberikan predikat Renata sebagai miliknya? Renata tidak boleh diambil siapapun, Renata hanyalah miliknya. Biarlah sekarang tugasnya Hema untuk membuat Renata jatuh cinta lagi, kemudian setelah Renata cinta mati kembali, Hema merencanakan untuk membuatnya terjatuh lagi. Hema hanya ingin melihat Renata diselimuti rasa kesengsaraan.
Dulu dia saat ditinggali oleh Renata, sangat terpuruk. Sampai sampai dia di opname 2x dalam 1 bulan karena selali telat makan dan kurang tidur. Jika mengingat itu rasanya Hema kesal dan hatinya merasa panas.
"Eh kak Hema!" Misya yang baru saja keluar kamar mandi melihat Renata dan Hema datang langsung memberikan buku Renata pada si pemilik.
"Kak, bukunya bagus. Makasih ya!"
Manajemen SDM salah satu mata kuliah yang membuat Misya tertarik pada manajemen.
Renata mengangguk, "Sama sama. Kalian lagi ngapain hayo di Sekre?" Kedua mata Renata menatap jahil pada Misya dan Bian.
"Gue ngambil kunci mobil, tadi ketinggalan." Jawab Sabian.
Renata terkekeh saja. Sebenarnya ini hiburannya melihat Bian panik seperti ini, apalagi Misya yang dengan buru buru menarik tasnya. Bian belum beranjak dari sebelah Renata namun Misya sudah berada di ambang pintu menatap Bian dengan tatapan memohon seperti "ayo pulang."
Hema sangat menyadari gerak gerik mereka, "Lu pada lagi deket ya?"
Misya merotasikan matanya, "Kak Hema apasih?!"
Bian menggelengkan kepalanya, "Nggak--Hem."
Renata menarik tangan Bian agar tidak jadi pergi dari sana, "Sini dulu, gue mau ngom--"
"Jabatan gue belum ada yang gantiin, jadi--NGGAK BOLEH ADA YANG PACARAN DALAM 1 HIMPUNAN! PERATURAN GUA MASIH BERLAKU!" Tegas Hema dan ucapan Hema itu membuat hati Renata mencelos.
Renata menatap Hema dengan tatapan herenan, jika Hema menerapkan peraturan tidak boleh memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis sesama himpunan lalu mereka ini apa? Renata menghela napas panjang dan melepaskan genggaman tangannya pada Bian.
"Ya udah, sana lu pergi!" Ucapnya dengan nada sedikit tinggi.
Mendengar ucapan Renata kurang enak dan sadar akan ucapannya, Hema mendekatkan diri pada Renata. "Nat, nanti jadi ke apartement gue kan?"
Disana, ada Bian. Hema lupa bahwa Bian masih duduk disebelah Renata dan Misya masih berdiri diambang pintu. Otomatis mereka mendengar pertanyaan Hema. Dan mereka pun bukan orang bodoh yang tidak bisa membaca situasi.
Bugh!
Bian menggebuk bahu Hema sampai siempunya meringis dan menatap Hema dengan tatapan sinis, "Mau ngapain lu? Inget ye peraturan yang lu buat!"
"Eh? I-ini flashdisk Nata ada di apartement gue, anjir! Emang gue mau ngapain?"
"Kak Nat, awas kak Hema takut khilaf!" Ucap Misya. Setelah itu dia langsung meninggalkan ruang Sekre disusul oleh Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable | Lee Haechan ✔️
FanfictionDibalik sikap profesionalitas Hema dan Renata, ada hal tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Diluar Himpunan mereka seperti saling menghunuskan pedang karena kejadian masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, semua melunak. Sampai Renata berfik...