; perubahan jadwal

1.3K 124 13
                                    

Hari sabtu yang cerah ditambah tidak adanya mata kuliah membuat Renata bisa bermalas malasan di kossan. Rencananya sih Renata mau maskeran setelah itu cari makan kemudian ia akan hibernasi sampai sore. Dari Senin-Jumat kemarin jadwalnya sangat padat dan selalu pulang hampir magrib. Kini hari liburnya akan ia manfaatkan. Suasana hati Renata sangat terbilang cukup baik sampai satu pesan masuk yang sukses membuat moodnya berantakan.

Kini rencana hari liburnya harus ia kubur dalam dalam, pukul 11 ini Renata sudah berada diruang Sekretariat Himpunan bersama dengan Hema, Misya, Jidan dan Jevan. Kedua matanya menatap dongkol Hema yang tengah mengeprint surat undangan.

"Aduh--sory gue telat. Gimana gimana?"

Fuji datang dengan sebungkus Nasi Padang dan satu botol air mineral di sebelahnya, kemudian dia duduk di sebelah Misya.

"Jadi gini, Gue dapet undangan nih dari bang Erwin. Dari Organisasi Nasional gitu."

"Terus?" Ucap Renata yang masih menatap Hema dongkol. Ya karena oknum yang sedang berdiri itu membuat hari liburnya hancur.

Hema hanya menatapnya sekilas kemudian kembali membaca undangan tersebut, " Acara Konferensi Himpunan Nasional 1 hari doang sih."

"Dimana kak?" Tanya Misya yang sibuk dengan es bobanya.

"Jogjakarta."

"Siapa yang berangkat."

"Anggota inti yang bisa berangkat tanggal 17 Agustus nanti." Jawab Hema.

"Waduhhh!!" Pekik Jihan.

Dia baru sadar ternyata yang berkumpul hanyalah anggota inti saja, "Lu aja gimana, Hem?"

Kening Hema mengerut, "Sama Jihan?"

Kedua mata Jihan terbelalak, "Hah? Apaan ih nggak bisa gue. Tanggal 16 ada acara nikahan Kakak gue di Sukabumi."

"Gue juga nggak bisa, tanggal 17 harus anter Mama ke rumah Nenek di Serang coy!" ucap Jidan.

Jevan mendengus kasar saat mata Hema menatap ke arahnya seperti berbicara Yaudah lo aja dah , Jev. Namun dengan cepat Jevan menggeleng. "Sorry bro, minggu depan gue ada Ujian Manajemen Pajak nggak bisa di skip."

"Walah--aku juga nggak bisa kak. Ada acara 40 harian kakek aku, masa aku nggak datang?"

Hema merotasikan matanya, alasan mereka sangat logis semua sehinggal Hema sulit untuk melakukan negosiasi. Kini pilihan terakhirnya hanyalah Renata yang tengah memainkan ponselnya. Mau tak mau ia harus pergi dengan Renata, 3 hari ke Jogjakarta.

"Oke. Na--woy Na!"

Renata menghela napas panjang dan menatap Hema yang sudah duduk disebelahnya, "Apa?"

"Yang berangkat lo sama gua, 3 hari."

"Tiket siapa yang bayar? Penginapan?" Wajar Renata menanyakan itu, dia anak rantau jadi harus memperhitungkan pengeluaran. Jika ongkos ke Jogjakarta bayar sendiri, ia jelas akan langsung menolak.

"Aman, makan tanggal 17 aman, di undangan sih tiket pulang pergi di tanggung tapi penginap--"

Renata menggeleng. "NO! Kalau gue harus bayar hotel, makan, gue nggak mau!" protesnya. Ini sudah tengah bulan, rekening Renata otomatis sudah menipis.

"Itu urusan gue."

Kedua mata Renata mengedip beberapa kali dan dia tersenyum terang. Ini berarti secara tidak langsung Renata akan berlibur. Liburan berkedok Konferensi. Tidak apa apa ia pergi dengan Hema, yang penting semuanya ditanggung. Lagipula ini tugas negara kan? Hema pun langsung memberikan undangannya kepada Renata.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang