; sekeping koin

1K 130 11
                                    

Ada kalanya Renata merasa lelah dengan hidupnya. Hidup sendirian membuat dirinya didewasakan oleh keadaan. Dia beruntung mendapatkan beasiswa dan kini tugasnya hanya belajar dan lulus tepat waktu. Universitas Indonesia adalah kampus ternama di Indonesia, banyak siswa yang bermimpi lolos seleksi Universitas ini. Salah satunya Renata Katrina.

Renata Katrina adalah segelintir orang yang beruntung karena mendapatkan beasiswa di UI. Meski ia mendapatkan beasiswa bukan berarti Renata bisa bernapas lega untuk kuliahnya ini. Terkadang ia harus mencari uang tambahan untuk menjalani hidupnya sehari hari, untuk membeli modul, membeli buku atau tambahan untuk membayar kossan.

Hidupnya sedari SMA sudah cukup rumit, apalagi sejak ia ditinggalkan oleh kekasihnya tanpa alasan. Hidupnya sudah hancur dan tambah hancur waktu itu. Beruntung Tuhan memberikan hadiah beasiswa ini untuk mengobati sakit hati Renata. Kini ia berniat untuk tidak memulai hubungan dengan siapapun lagi, ia harus fokus pada perkuliahannya dulu.

Disebuah rooftop gedung Fakultas, Renata tengah fokus pada laptopnya. Ia tengah mengerjakan tugas Manajemen Sumber Daya Manusia yang sukses membuat kepalanya pening semalaman. Deadline tugasnya di majukan, besok jam 9 pagi bu Irene sudah meminta untuk dikumpulkan.

Rambut panjangnya yang ia kuncir acak, baju kemeja biru yang terlihat kebesaran dan sebuah kaca mata yang bertengger di hidungnya membuat Renata tambah cantik. Meski ia berkeringat, itu tidak memudarkan kecantikannya siang ini.

"Bu Irene nih kebiasaan--aduh KP--ih gue nyerah deh kalau urusan KPI!" Gerutu Renata.

Renata tampak frustasi. Mau tak mau ia harus menyelesaikan tugas ini agar Jumat sore besok ia bisa berangkat ke Surabaya dengan tenang. Dan semoga saja Sabtu besok tidak ada kelas tambahan, mengingat kelas pengganti diganti besok siang.

Meski sinar matahari menyorot rooftop dan membuat Renata sedikit kepanasan, ia tetap memilih tempat ini. Selain sepi, disini juga ia merasa aman untuk menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, disini tidak ada yang menganggunya. Kalau dia mengerjakan diperpustakaan, Bu Dini pasti akan memintanya membantu pekerjaannya.

Terdengar suara pintu yang terbuka dari sana, otomatis Renata menoleh dan ia terkejut bukan main. Pemuda yang masuk pun tak kalah terkejutnya saat melihat Renata tengah duduk dengan laptop didepannya.

"Ngapain lu disini?"

"Harusnya gue yang nanya, ngapain lu kesini, Hema?!"

Hema menghela napas panjang dan berjalan menuju Renata. Ada banyak tempat didunia ini, dan dunia ini sangatlah ramai dengan penduduk. Namun kenapa ia harus dipertemukan dengan Renata di tempat sepi seperti ini? Dan--tidak ada siapa-siapa disini.

Hema duduk didepan Renata dan menatap malas Renata, sementara gadis itu menatap sinis Hema sekilas kemudian kembali fokus pada laptopnya.

"Gue biasa disini."

"Hmm."

"Lo ngapain disini?"

"Nugas."

"Kan bisa di perpustakaan?"

"Rame."

Jawaban Renata membuat suasana hati Hema buruk. Sudah biasa Renata ketus seperti ini diluar organisasi. Renata sangat profesional saat mereka tengah berada di Himpunan dan akan berubah menjadi wanita menyebalkan saat diluar Himpunan.

"Biasa aja kali jawabnya." Ucap Hema dan ia langsung meneguk kopi Good Day yang dia bawa.

"Panas panas ini, kenapa enggak dikelas kosong?"

Renata diam. Ia benar benar hanya ingin tugasnya cepat selesai agar dia bisa berangkat ke Jogjakarta tanpa beban. Tetapi pemuda didepannya ini berisik.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang