; porak poranda

951 80 8
                                    

"Anjing! Cara lo emang gila tau, Hem! Bajingan!"

Jevan yang mendengar umpatan Jidan langsung menutup panggilan yang kurang lama 3 menit itu dia diamkan. Tubuh Jevan tiba tiba merinding dan kembali membalikkan layar ponselnya. Jevan menghela napas panjang dan meneguk bir miliknya. Ia mengumpat dalam hati pada Hema yang kalau cerita tidak tahu situasi. Ini posisinya Jevan tidak sengaja menerima panggilan, dan sialnya ia lupa mematikan saat ia sudah selesai menelpon.

Setelah ujian semester selesai, Hema memutuskan untuk menyegarkan otaknya. Kawasan Lembanglah yang menjadi objek Hema, Jevan, Revan dan Jidan. Awalnya Jidan ogah ogahan diajak oleh Hema, karena konteksnya hanya nongkrong biasa. Namun secara mendadak Hema bercerita jika dia mendekati Renata lagi dan kemudian akan menjatuhkannya ketempat jurang terdalam.

Jidan sudah tidak bisa berfikir jernih lagi kali ini, dan Jevan hanya bisa terkekeh sinis mendengar rencana Hema. Jangan tanyakan Revan, pria itu mati matian menahan diri agar tidak menghajar wajah sok ganteng Hema. Hema hanya menatap gelas birnya dengan datar. Hema sudah membuat kegaduhan pada malam ini dan dia bisa bisanya tidak merasa bersalah sama sekali. 

"Gua tau lo bajingan ya, Hema! Tapi kan bisa lo tu ngobrol sama Renata perkara masa lalu lo!" Revan yang paling realistis itu langsung meneguk bir miliknya.

Jevan hanya terdiam sambil menatap Hema dengan tatapan mengintimidasi. Hema menyadari itu, lantas dia langsung melemparkan tissue ke wajah Jevan sampai pria itu melotot ke arah Hema.

"Setan!"

"Elu kenapa liatin gua begitu?!"

"Ya muka lo ngeselin! Cewek cantik kayak Renata dimainin--"

Hema tersenyum menyeringai, "Iya gua emang bajingan, gua goblok gua bego! Semua udah terlanjur, tapi rencana awal gua bakal gua ubah."

Jidan sama sekali tidak mengerti otak dari seorang Hema Lingga Permana.

"Maksud lu gimana?"

"Semua salah paham. Oknum dibalik hubungan gua sama Renata udahan gitu aja, Riyu."

Jevan, Jidan dan Revan sama sekali belum paham akan ucapan Hema. Namun pertanyaan mereka harus mereka tahan karena ponsel Hema berdering terus menerus. Hema dengan malas mengangkat panggilan tersebut dan setelah itu Hema pamitan untuk pergi dari sana. Terlihat wajah kecewa dan marah dari Hema, Jidan bisa menebak oknum yang menghubungi Hema adalah Ayah Hema sendiri.

"Terus mau lu gimana?" Tanya Revan.

"Gimana kalau lo nggak bisa sama dia, Hem?" Kini Jidan yang bertanya.

"Gua nggam mau kehilangan dia lagi." Jawab Hema.

"Emang kalau endingnya lo nggak sama dia, gimana? Kelakuan lo kayak bajingan!" Umpat Jevan.

Hema terkekeh, "Hidup gua bakal hancur, Jev."

Ponsel Jevan bergetar, dia tahu siapa yang mengirimnya pesan. Dengan keberanian yang dia punya, Jevan membuka buble pesan tersebut.




Renata

Makasih
Gue udah denger.
Jev, awalnya gue cuma mau nanya lo dimana karena tdinya gue mau ketemuin lo sama Shifa. Maafya jdi ganggu.

Na,
Sumpah gua lupa matiin.
Na, gua jelasin nnti.

Blg sama Hema, gua pulang ke rumah.





Setelah membaca pesan terakhir dari Renata, Jevan mengerang frustasi. Ia kalut sekarang dan merasa bersalah. Jidan yang menyadari tingkah Jevan menjadi risih. Jevan ingin bilang hal tadi, namun ia rasa itu akan menambah masalah saja. Jadi Jevan memutuskan untuk pergi saja ke rumah Renata dan menjelaskan semuanya. Ia tidak mau mereka salah paham. Memang hubungan Shifa dan dirinya sudah merenggang dan sudah berpisah 2 minggu lalu, dan Jevan tidak mau hubungan sahabatnya ikut ikutan kandas juga seperti dirinya.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang