Pukul 8 malam, Hema dan teman temannya termasuk Gista baru saja sampai disebuah rumah kuno sepertinya ini Villa, tempatnya didaerah Puncak Bogor. Hema menginjak tanah yang masih basah, rupanya tadi sore Bogor dirundung hujan. Udara dingin berhasil menusuk tulang Hema. Kawasan puncak ini lebih dingin dari yang Hema kira. Biasanya sih tidak pernah sedingin ini.
Dua mobil itu terparkir dibawah rumah kuno itu, sehingga mereka harus menaiki beberapa anak tangga. Disebelahnya ada pohon Mangga besar yang sudah berbuah, jika saja mood Hema atau Gista sedang baik mungkin saja Mangga itu akan menjadi sasaran empuk untuk mereka berdua.
Sebenarnya bisa mereka parkir di sebelah rumah itu, namun mereka tidak mau mengambil risiko, jika ketahuan bagaimana? Disebelah pohon Mangga itu ada 3 mobil, Hema tidak tahu didalam ada berapa orang yang jelas dia harus meminta bantuan. Dengan cepat ia meminta Jidan untuk menghubungi Marsal, Kakak sepupunya Hema untuk datang membantunya. Katanya sih sekitar 30 menit lagi sampai, kebetulan Marsal berada di daerah Cisarua bersama sang kekasih.
Mereka sibuk untuk menyusun strategi dari luar, dan didalam Renata mencoba bertahan untuk tetap sadar. 2 jam yang lalu ia baru sampai tempat ini, jujur saja Renata tidak tahu sama sekali akan dibawa ke tempat ini dan Renata pun tidak tahu ini ada dimana. Didepan sana, Riyu dan Dery sibuk menghubungi seseorang yang tidak tahu siapa. Renata sudah tidak bisa lagi merasakan pipinya sendiri akibat ditampar terus terusan oleh Dery.
"Oke! Om Marwan udah ada didepan, dan--duitnya udah masuk ke rekening gue! Yes!" Riyu mengacungkan tangannya pertanda dia kegirangan karena berhasil mendapatkan uang belasan Juta rupiah dari hasil menjual Renata pada pria tua.
Dery terkekeh dan bangkit dari duduknya, "Kayaknya malam ini kita bakalan party." Ucap Dery.
Bibir Renata masih diperban oleh mereka, namun kedua mata Renata menjelaskan jika ia benar benar marah. Apalagi saat beberapa pria berbadan kekar datang bersama seseorang pria paru baya sekitar umur 40-50 tahunan. Ia datang dan memeluk Riyu dan Dery disana.
Saat melihat pria itu, Renata menangis. Ia yakin itu adalah om om bajingan yang mentransfer uang pada Riyu untuk membeli dirinya. Hidup Renata sudah terlanjut berantakan, dan sekarang tambah porak poranda. Dia merasa hidupnya sudah tidak layak lagi diperjuangkan. Masalah Hema belum selesai, keluarganya hancur dan sekarang? Harga dirinya diinjak injak.
"Hallo cantik!" Sapa Marwan.
Marwan membuka perban dibibir Renata, namun Renata berontak dengan meludahi wajah Marwan. Riyu sangat tersentak begitupun dengan Dery. Diludahi oleh Renata, Marwan tersenyum dan langsung menampar pipi Renata. Pipi kanan Renata rasanya seperti terbakar. Entah ini kali keberapa ia ditampar.
"Kamu berani meludahi saya?"
Marwan menjambak rambut Renata dengan kencang, "Habis kamu ditangan saya!"
Renata mengutuk Riyu yang dengan jahatnya mendatangkan seorang pria untuk menjamah tubuh Renata untuk kedua kalinya. Kali ini tidak terlalu jauh, hanya ciuman brutal dan--tubuh Renata dijamah dibagian dada dan selangkangan. Hal itu membuat Renata muak dan merasa ia sudah melampaui batas. Renata pernah lebih dari itu, namun kan itu konteksnya Renata juga mau dan menyerahkan dirinya pada Hema. Beda halnya dengan situasi tadi, Renata tidak kenal pria hidung belang itu siapa.
Tadi sore ia sudah di tiduri oleh pria lain yang lebih busuk dari om Marwan. Kemudian setelah itu dengan sialnya Renata mengalami pendarahan. Dan yang membuat Renata sakit hati kala Riyu dengan bahagia tertawa melihat darah yang mengalir pada kaki Renata. Meski Renata merintih kesakitan pun Riyu tetap tertawa bahagia. Dan saat Renata hampir limbung, Riyu dengan cepat membantu membersihkan darah di kaki Renata serta gumpalan darah yang ada disekitar kaki Renata. Setelah itu Renata tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable | Lee Haechan ✔️
FanfictionDibalik sikap profesionalitas Hema dan Renata, ada hal tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Diluar Himpunan mereka seperti saling menghunuskan pedang karena kejadian masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, semua melunak. Sampai Renata berfik...