Renata benar benar tidak suka akan kemacetan ditambah hujan lebat disana. Masalahnya moodnya sedang buruk dari semalam dan Hema tidak memiliki tujuan akan kemana mereka sore ini. Hema mengusulkan hanya memutar mutar kota saja. Dengan alasan jika ia singgah di suatu tempat, nanti banyak orang yang mendengar percakapan mereka.
"Kenapa, Nata? Mau ngomong apa?" Tanya Hema.
"Hem? Aku denger kamu di comblangin, Ya?" Tanya Renata.
Hema terkekeh dan mengangguk, "Kenapa?" Tanyanya.
Renata tersenyum sumir dan mengalihkan pandangannya ke jendela disebelahnya, "Nggak apa apa, nanya aja." Hatinya sungguh seperti di terjang anak panah bertubi tubi. Ternyata yang diucapkan Gista ada benarnya.
"Udah sejauh mana kamu sama dia?" Tanya Renata lagi.
Sebenarnya tujuan Renata bertanya hanya ingin tahu saja, nanti dari jawaban Hemalah yang menentukan akan apa dia selanjutnya. Apakah menerima ajakan pernikahan itu atau mundur dan membiarkan Hema bahagia dengan perempuan lain.
"Besok sih rencana aku mau anter dia, Na. Kondangan katanya." Jawab Hema.
Renata tersenyum lirih. Ternyata sudah sejauh itu mereka. Sampai sampai Hema mau menemani perempuan itu. Renata tidak menyalahkan Hema dan Renata tidak bisa marah karena itu. Renata justru menyalahkan dirinya sendiri, ia membiarkan perempuan lain masuk ke dunia Hema dan dengan suka rela ia menyuruh Hema untuk dekat dengan perempuan lain.
"Kenapa, Nat? Kok diem? "
"Nggak apa-apa. Anterin aku pulang aja ya?" Ucap Renata. Renata tidak mau menggali kuburannya sendiri.
"Loh? Kamu bilang mau ada yang di omongin sama aku, gimana sih?" Tegas Hema.
Renata mengulum bibirnya dan ia menoleh pada Hema. Dari samping, memang Hema terlihat sangat tampan. Ia mencoba menatap wajah itu lebih lama lagi bisa jadi ini pertemuan terakhirnya kan? Semalam ia merencanakan untuk menawarkan diri menikah dengan pria ini. Namun setelah mendengar jawaban Hema, Renata menjadi ganti rencana.
"Kamu deket sama aku saat kamu juga deket sama dia juga?" Tanya Renata.
Hema menggeleng dan ia tersenyum, "Ya enggak atuh, cantik! Pas kamu bilang diluar sana ada cewek lain yang lebih baik, disitu aku putus asa, sakit hati sebenernya sama kamu dan kebetulan ini Lia minta ditemenin. Ya udah aku jadi mau coba sama dia aja." Jawab Hema.
Renata mengangguk, ia langsung menatap lurus jalan Riau yang amat macet itu dengan tatapan kosong. Impiannya membangun rumah tangga dengan Hema kembali hancur. Dan Renata akan mengulangi rasa penyesalannya untuk kedua kalinya. Membayangkan saat ia hancur karena dibayang bayangi rasa penyesalan itu membuat Renata menangis.
Kini suara hujan bertabrakan dengan suara isakan Renata yang Hema dengar, tangan Hema terjulur mengusap air mata Renata. Kemudian Hema mengusap rambut Renata dengan lembut. Tidak tahu saja Hema, Renata sangat lemah jika di usap rambutnya oleh Hema.
"Kamu kenapa nangis?" Tanya Hema.
"A-aku hancur, Hema." Lirihnya.
Hema mengangguk, "Aku tahu itu. Makanya aku nggak mau kamu terbebani sama ajakan aku untuk menikahi kamu. Emang ini semua salah aku, coba aja dulu aku nggak ngedeketin kamu. Mungkin Riyu nggak akan berbuat sejauh itu, Nat. Salahku juga anak kita jadi seperti itu." Ucap Hema.
Renata menghela napas panjang, "M-maksudnya aku hancur kalau lihat kamu pergi sama dia, aku hancur saat tahu kamu dekat dengan perempuan lain, aku hancur membayangkan kamu nikah sama perempuan lain. Hema--aku nggak bisa liat kamu pergi sama perempuan mana pun." Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable | Lee Haechan ✔️
FanfictionDibalik sikap profesionalitas Hema dan Renata, ada hal tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Diluar Himpunan mereka seperti saling menghunuskan pedang karena kejadian masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, semua melunak. Sampai Renata berfik...