"Siapa Hem?"
Hema menyimpan ponselnya setelah menutup panggilan dan menatap Renata yang masih membalas chat, "Temennya bang Marshal nih minta di jemput." Jawab Hema.
Sebuah kata tidak bisa menggambarkan betapa cantiknya Renata malam ini. Bulu mata yang lentik, hidung yang bengir, pipi yang merah merona, bibir yang tipis, dan tatapan mata yang mempesona. Saat sampai apartement Hema, Renata duduk di sofa sana dan diikuti Hema didepannya. Sudah 15 menit Renata sibuk dengan ponselnya, katanya sih ada beberapa karyawan yang konsultasi pada Renata. Melihat wajah serius wanita itu, membuat Hema bersyukur. Ia bersyukur karena wanita yang ia cintai selama 6 tahun yang hilang kini ada didepannya. Hema seakan menemukan sumber mata air jernih ditengah gurun pasir yang panas. Hatinya seakan hidup kembali saat melihat senyuman menyejukan milik Renata.
Renata masih saja cantik dan ia sadar jika ia masih mencintai Renata. Memang masih. Rasa itu masih Hema simpan dalam hatinya meski ia memang pernah dekat dengan wanita lain namun hatinya masih untuk Renata. Begitupun Renata. Renata masih menyimpan Hema dalam hatinya meski Gista dan teman yang lain selalu menjodohkannya dengan beberapa pria.
Renata masih merasa bahwa dirinya tidak layak untuk siapapun, sejak dia disentuh pria selain Hema, Renata merasa dirinya sangat rendah. Selama 6 tahun Renata selalu bermimpi, bagaimana Bram menjamah tubuhnya saat di Villa itu. Bram adalah pria sekitar umur 45 tahun. Sebelum Marwan datang, Bram yang terlebih dahulu tidur bersama Renata.
Bayangan Bram mencium paksa dirinya, bagaimana Bram menyentuh tubuhnya, bagaimana Bram dengan brutal benar benar memaksa Renata untuk menikmati apa yang dia mainkan. Dan yang paling menyakitkan, karena itu Renata memiliki trauma akan hubungan badan dengan seseorang. Ia takut. Renata merasa ia seperti budak seks untuk pria hidung belang itu. Renata menyimpan rasa sakit itu bertahun tahun. Bahkan Gista pun tidak tahu awalnya.
Renata tidak mau nanti Hema akan kecewa karena Renata sudah membiarkan tubuhnya disentuh oleh pria lain disaat ia masih menjadi milik Hema. Rasa sakitnya lebih parah saat Hema meninggalkannya saat masa sekolah dulu.
"Kenapa ngajak kesini?" Tanya Renata begitu ponselnya ia simpan di dalam tasnya.
Hema mensandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Matanya menatap objek didepannya, wanita ini sangat Hema cintai. Renata yang dulu Hema ibaratkan samudra Hindia yang sangat dalam untuk Hema jelajahi kini sudah ada dihadapannya. Membawa rasa yang dulu kembali ada. Membawa rasa ingin memilikinya sekali lagi menjalar dalam hati Hema. Namun disisi lain rasa kecewa itu masih ada pada hati Hema.
Bagaimana tidak? Ia dan Setiaji jauh jauh pergi ke Toronto untuk mencari Renata namun hasilnya nihil. Hema ditipu. Namun hal itu tidak bisa menghapus perasaan Hema pada Renata. Ia juga tidak mengerti kenapa Hema tidak bisa membenci Renata.
"Aku mau kamu jelasin semua." Jawab Hema.
"Jelasin apa? Bukannya semuanya jelas ya, Hem? Kamu udah punya keluarga, aku rasa penjelasan aku nggak akan berdampak apa apa buat hubungan kita." Jawab Renata.
Hema terkekeh. Kemudian dia bangkit dan berjalan menghampiri Renata, dia duduk disebelah Renata. Renata menghela napas panjang melihat sikap Hema seperti ini. Jujur saja duduk berdempet dengan Hema seperti ini sangat membuatnya tidak nyaman, karena statusnya Hema adalah suami wanita lain.
Ini pertama kali mereka sedekat ini setelah berpisah 6 tahun lamanya.
"Tapi kamu masih punya hutang penjelasan, Nata." Lirih Hema.
Hema menatap Renata disebelahnya, Renata memainkan jari jarinya dan ia menunduk. Rasanya Renata sangat berat untuk bercerita pada Hema tentang semuanya. Tentang kejadian di Villa Puncak waktu itu. Bukan karena Renata lupa, hanya saja Renata rasa jika ia menceritakan itu semua sama saja Renata membuka luka lama. Luka itu masih membekas pada hati Renata, meski luka itu sudah lama tetap saja jika dibuka kembali akan terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable | Lee Haechan ✔️
FanfictionDibalik sikap profesionalitas Hema dan Renata, ada hal tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Diluar Himpunan mereka seperti saling menghunuskan pedang karena kejadian masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, semua melunak. Sampai Renata berfik...